Sabtu, 12 Desember 2020

MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN IPS “TEKNIK PENGANALISISAN ITEM TES HASIL BELAJAR”

 


BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

 

Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang paling efektif adalah dengan melakukan evaluasi terhadap tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa-siswi itu sendiri dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan Evaluasi bagi seorang guru menjadi suatu tuntutan, dimana seorang guru harus mengetahui hasil belajar siswa-siswanya dengan serangkaian tes berupa soal-soal, percobaan-percobaan yang tujuannya  untuk memudahkan guru dalam menilai hasil tes.

Bagi guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar, dan menyusun soal-soal tes, pasti merasakan juga, masih sukar dalam membuat  tes dan tentunya masih belum sempurna, dengan  melihat hasil yang diperoleh oleh siswa-siswinya.

Dalam melakukan evaluasi digunakan alat untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya  Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (item tes). Analisis terhadap butir soal atau  analisis item soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan yang memiliki kualitas memadai. Analisis soal ini bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal sehingga bisa dikategorikan mana soal yang baik-kurang baik dan jelek sehingga dari proses identifikasi tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk dilakukan perbaikan proses belajar mengajar di masa yang akan datang.

Sehingga dalam aplikasinya, teknik analisa soal ini mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan memaparkan makalah yang berjudul “Teknik Penganalisisan Item Tes Hasil Belajar”.

 

A.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana Teknik analisis derajat kesukaran  Item ?

2.      Bagaimana Teknik analisis daya pembeda item ?

3.      Bagaimana Teknik analisis fungsi distaktor ?

 

 

B.     Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah:

1.      Untuk mengetahui teknik analisis derajat kesukaran item ?

2.      Untuk mengetahui teknik analisis  daya pembeda item ?

3.      Untuk mengetahui teknik analisis fungsi distaktor ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

 

2.1 Pengertian Tes Hasil Belajar

 

Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Peserta diharuskan mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin agar data yang diperoleh dari hasil jawaban peserta didik benar-benar menunjukkan kemampuannya Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Peserta diharuskan mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin agar data yang diperoleh dari hasil jawaban peserta didik benar-benar menunjukkan kemampuannya. (Purwanto: 2009)

Menurut Purwanto (2009), Tes hasil belajar juga merupakan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik. Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut.

Sehingganya tes hasil belajar dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan guru.  Dalam evaluasi belajar akan mengukur nilai dan efektifitas dari bagian tertentu dunia pendidikan. (A.V.Kelly, 2006)

Tes hasil belajar yang dilakukan guru adalah untuk menguur sejauh mana kemampuan dari seorang peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang diberikan kepadanya.  Hasil tes digunakan untuk mengetahui nilai seorang peserta didik serta digunakan sebagai hasil evaluasi bagi guru dan sekolah.

 

2.2 Macam-macam dan Bentuk Tes Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009), Peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, tes hasil belajar dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1)      Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Tes formatif diujikan setelah peserta didik menyelesaikan materi-materi tertentu. Tes formatif dalam praktik pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.

2)       Tes sumatif, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan kurun waktu tertentu seperti caturwulan atau semester. Dalam praktik pengajaran tes sumatif dikenal sebagai ujian akhir semester atau caturwulan tergantung satuan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan materi.

3)       Tes Diagnostik, yaitu evaluasi hasil belajar mempunyai fungsi diagnostik. Tes hasil belajar yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik adalah tes diagnostik. Dalam evaluasi diagnostik, tes hasil belajar digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.

4)      Tes penempatan (placement test) adalah tes hasil belajar yang dilakukan untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok yang sesuai dengan kemampuan ataupun bakat minatnya. Pengelompokan dilakukan agar pemberian layanan pembelajaran dapat dilakukan sesuai kemampuan maupun bakat minat peserta didik.  Dalam praktik pembelajaran penempatan merupakan hal yang banyak dilakukan, misalnya tes penempatan peserta didik ke dalam kelompok IPA, IPS, atau Bahasa.

 

Guru melakukan macam-macam tes untuk mengetahui  tingkat penguasaan peserta didik  terhadap materi yang telah disampaikan dalam setiap pembelajarannya dalam waktu tertentu.

 

Bentuk Tes

 

Tes objektif adalah tes keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Butir soal pada tes objektif mengandung jawaban yang harus dipilih oleh siswa. Kemungkinan jawaban telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes objektif mempunyai beberapa keunggulan. Pertama, penilaiannya yang sangat objektif. Sebuah pertanyaan hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah. Kunci jawaban memberikan informasi apakah jawaban siswa benar atau salah. Namun tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Kedua, peluang peserta didik melakukan tebakan sangat tinggi. (Purwanto, 2009)

           Bentuk pertanyaan dapat berbentuk tes obyektif dan essay, dan bentuk pertanyaan yang biasa digunakan dalam setiap ujian adalah pilihan ganda, yang sudah terdapat satu pilihan jawaban dan diantara pilihan jawaban tersebut ada yang disebut dengan pilihan pengecoh.

 

2.3  Komponen-komponen Tes Hasil Belajar

 

Menurut Purwanto (2009), Pada tes hasil belajar bentuk esai, komponen dapat berupa perangkat soal, petunjuk pengerjaan, dan soal. Lebih dari itu, tes objektif mempunyai sejumlah komponen selain yang ada dalam tes esai, yaitu pilihan, kunci jawaban, dan pengecoh. Masing-masing komponen dibahas berikut :

1)      Perangkat soal, perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau pertanyaan berikut segala kelengkapannya.

2)      Petunjuk pengerjaan, petunjuk pengerjaan mendeskripsikan detail petunjuk yang harus dilakukan dalam mengerjakan soal, misalnya: memberikan tanda silang, melingkari, memberikan jawaban singkat, dan sebagainya.

3)      Butir soal, soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Penguasaan siswa diketahui dari kemampuannya membuat pemecahan masalah. Satuan untuk soal adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau pernyataan dikenal sebagai butir soal.

4)      Pilihan, soal objektif adalah soal yang segala kemungkinan jawaban telah disediakan dan tugas peserta tes adalah memilih satu pilihan yang merupakan jawaban atas pertanyaan. Sejumlah alternatif yang ditawarkan dinamakan pilihan (options).

5)      Kunci jawaban, kunci jawaban adalah pilihan yan merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam soal.

6)      Pengecoh, pengecoh adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban. Misalnya: pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci jawabannya adalah salah maka benar merupakan pengecoh. Pada soal objektif pilihan ganda dengan empat pilihan a, b, c, d dan kunci jawabannya adalah c maka a, b, d merupakan pengecoh.

 

Tes yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan peserta didik haruslah mempunyai tes yang berkualitas  baik, yang tentunya dapat menjadi tolak ukur yang baik untuk mengukur kemampuan peserta didik.  Dengan mengetahui bagaimana kualitas  tes digunakan maka harus melakukan analisis kualitas tes, agar kita dapat mengetahui bagaimana kondisi soal yang digunakan untuk tes.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

    PEMBAHASAN

 

3.1  Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item

 

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.  Sedangkan untuk angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (= angka indeks kesukaran item), yang dalam dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa).

Menurut Witherington, angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00.

Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk bagi tester bahwa butir item tersebut termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab disini seluruh testee tidak dapat menjawab item dengan benar = 0).  Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P = 1,00) hal ini mengandung makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam kategori item yang terlalu mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan (yang dapat menjawab dengan butir = 100% = 100 : 100 = 1,00).

 

Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois yaitu:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMWdiy526Bce5Jo9SY-ere2WwR44CreId_oNjxSMpXU0h-zce8SVGnd0sXPvc_pvLJvUfKtsgxW4sfG7ZqRFluIiY-8uJ_OWpNuMDvayZgS1VrhCZBVOo7Yylv5SYabQugk9NFbGlfXzc/s1600/b3.jpg

 

dimana:

P          =          Proportion = proporsi = proporsa = difficulty index = angka indeks kesukaran item.

Np       =          Banyaknya testee yang dapat             menjawab dengan bentuk terhadap butir item yang bersangkutan.

N         =          Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

 

Rumus lainnya adalah:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmvRnRl01YofbxWNqH8jUr5Uu0B3LbkGYcBzgMn3suf8olQAWlaMxuemgUr-ATk1WsKzsX7aIHflWOaFv2NSyjDS143PFqjiHEVWhF81s1GbH-g1r1COzSSU84azEG6eok6waBADKWg3Y/s1600/b4.jpg

 

dimana :

P          =          Proportion = proporsi = proporsa = difficulty index = angka indeks kesukaran item.

B         =          Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betuk terhadap butir item yang bersangkutan.

JS        =          Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

 

Sedangkan Cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item, menurut :

 

 

 

a)      Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen, dalam bukunya berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education, mengemukakan:

Besarnya P

Interpretasi

Kurang dari 0,30

Terlalu sukar

0,30 – 0,70

Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70

Terlalu Mudah

 

b)      Witherington dalam bukunya berjudul Psychological Education adalah:

Besarnya P

Interpretasi

Kurang dari 0,25

Terlalu sukar

0,25 – 0,75

Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,75

Terlalu Mudah

 

 

3.2.Teknik analisis daya pembeda item

Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (= pandai), dengan testee yang kemampuannya rendah (= bodoh) sedemikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawa butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan benar.

Mengetahui daya itu penting sekali, sebab salah satu dasar  yang dipegangi untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa butir item tes hasil belajar itu harus mampu memberikan hasil tes yang terdapat dikalangan testee tersebut.

Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item. Discriminatory power pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (the higher group) yakni kelompok testee yang tergolong pandai, dan kelompok bawah  (the lower group) yakni kelompok testee yang tergolong bodoh.

Indeks diskriminasi item itu umumnya diberi lambang huruf D (singkatan dari discriminatory power), dan besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1,00.  Namun diantara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar : yaitu kalau angka indeks kesukaran item tidak mungkin bertanda minus (negative) maka angka indeks daya pembeda item dapat bertanda minus.

Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negative (minus), maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh testee kelompo bawah (bodoh) ketimbang testee kelompom atas (pandai), atau testee yang sebenarnya termasuk dalam kategori pandai lebih banyak yang jawabannya salah, sedangkan testee yang sebenarnya termasuk dalam kategori bodoh justru lebih banyak yang jawabannya betul. Misal :

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhROp5UxPiuE9rsAlR8FFPP_IbiZ20ZHiMWZVnpmkGKYyfJl7zdqocLW7XBLn-o-3o3YAmWeQVZ9LDge_c5MziVDmwac9kwQdUYXNg4XVagEqsqJAaKd7thFvdE9Vw1SlK9GrYWevIWCwA/s1600/g5.jpg


 

 

 

 

Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item (D)

Klasifikasi

Interpretasi

Kurang dari 0,20

Poor

Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.

0,20 – 0,40

Satisfactory

Butir item yang bersangkutan 

telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang).

0,40 – 0,70

Good

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik.

0,70 – 1,00

Excellent

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali.

Bertanda negatif

-

Butir item yang bersangkutan daya pembedanya negatif (jelek sekali).

 

 

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat digunakan dua macam rumus, yaitu:

a)      Rumus pertama:

            D =      PA – pB          atau

            D =      PH – pL

            dimana:

D                     =          Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item).

PA atau pH     =          Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan.

(PH adalah singkatan dari Proportion of the Higher Group).

pA atau pH ini dapat diperoleh dengan rumus:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifbZ_LgrP0BuLBb0FP26eDSiR5i_l3Gq-wdEr3JfhnalENZ_VoENK4HBNS4gDpNLFg6t9mzt4Us1DJEyKLjTf0jjbv0O5I3yX59148mtyL1s8AC-c6XSjDKdtFzGxukdOQ5icLbZ-eFYw/s1600/g4.jpg

 

dimana:

BA      =          Banyaknya testee kelompok atas (the higher group) yang dapat menjawab             dengan benar butir item yang bersangkutan.

JA        =          Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas.

 

PB atau pL      =   Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan (Pl adalah singkatan dari Proportion of the Lower Group).

PB atau pL ini dapat diperoleh dengan rumus:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrlOG5kql2Uva4m_ksJsmXO_jTbFJhikJCAY2qsLJtp3EJ7QbTbkLnHmQ0o-2-TYh19Vo2FlFdjoBUVnJGeG-o2jJzDxWCJhNea2L2OCD3A_XeoHCxndXWnenJ67Gcs16d24Q1RacVAMA/s1600/g3.jpg

 

dimana:

BB       =          Banyaknya testee kelompok bawah (the lower group) yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan.

JB        =          Jumlah peserta yang termasuk dalam kelompok bawah

b)      Rumus kedua:

Dengan rumus kedua ini, maka angka indeks diskriminasi item diperoleh dengan menggunakan teknik korelasi Phi (ø) dengan rumus sebagai berikut:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKros-jfCDW-b-mCGO1EiTcJ04SQJFxFaVnryA7pxSOlPcW1u0q5zLWvyI94lnZfXG1lxUsIpF8H2HICMz9-ohnQUy4iV1tL_lSK3oMR-1j6aKBym7dBVX2maI8uVSapailK1n4k_v8wM/s1600/g2.jpg

 

dimana:

 ø         =          Angka Indeks Korelasi Phi, yang dalam        hal ini dianggap sebagai angka indeks diskriminasi item.

pH       =          Proportion of the higher group

pL        =          Proportion of the lower group

2          =          Bilangan konstan

p          =          Proporsi seluruh testee yang jawabannya benar

q          =          Proporsi seluruh testee yang jawabannya       salah, dimana q = (1 – p).

 

 

3.3.        Teknik Analisis Fungsi Dikstraktor

Tes obyektif bentuk multiple choice, untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban (= option atau alternatif). 

Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah. Salah satu dari option atau alternatif itu merupakan jawaban yang benar (= kunci jawaban) dan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban yang salah itu biasa dikenal dengan istilah distractor atau pengecoh.

 

Contoh:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLf-htOE8Zhy9QGz7y2q6Y3CJVn90S0AKNK2qOnDhQKV0PIgMDapJWzpCJDOggYrtcV0EZOGoPuD4FrsyPSVm43bFedzdz99TEC8XVIclOEHFCOaGSEHQcGiQi5LFlLCdHGAdRFYCfuEY/s1600/g1.jpg

 

Tujuan utama dari pemasangan distraktor adalah agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar, ada yang tertarik untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distractor yang mereka pilih merupakan jawaban benar. Jadi mereka terkecoh, mengangap bahwa distractor yang terpasang pada item itu sebagai kunci jawaban item, padahal bukan. Bila semakin banyak testee yang terkecoh, maka kita dapat menyatakan bahwa disktraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Begitu pula sebaliknya.

Sehingga dapat dikatakan,  bahwa distraktor baru dapat dikatakan menjalankan fungsinya dengan baik, apabila distraktor tersebut telah memiliki daya tarik sedemikian rupa, sehingga testee merasa bimbang serta ragu-ragu lalu pada akhirnya mereka terkecoh dan memilih distraktor sebagai jawaban yang benar. 

Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu: menganalisis pola penyebaran jawaban item. Pola penyebaran jawaban item adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir item.  Suatu kemungkinan dapat terjadi bahwa, dari keseluruhan alternative yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee menyatakan “blanko”.  Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah Oniet dan biasa diberi lambing dengan huruf O.

 

Contoh bagaimana cara menganalisis fungsi distraktor:

            Misalkan tes hasil belajar bidang studi Pendidikan Moral Pancasila diikuti oleh 50 orang siswa Madrasah Tsanawiyah. Bentuk soalnya adalah multiple choice dengan item sebanyak 40 butir, dimana setiap butir item dilengkapi dengan lima alternatif, yaitu A, B, C, D dan E. Dari 40 butir item tersebut di atas, khusus untuk butir item nomor 1, 2 dan 3 diperoleh pola penyebaran item sebagai berikut: 

 

 

Nomor Butir Item

Alternatif (= Option)

Ket.

A

B

C

D

E

1

4

6

5

(30)

5

(    ): Kunci Jawaban

2

1

(44)

2

1

2

3

1

1

(10)

1

37

 

Dengan pola penyebaran jawaban item sebagaimana tergambar pada tabel analisis diatas, maka dengan mudah dapat kita ketahui, berapa persen testee yang telah “terkecoh” untuk memilih distraktor yang dipasangkan pada item 1, 2 dan 3, yaitu:

a)      Untuk item nomor 1, kunci jawabannya adalah D, sedangkan pengecoh atau distraktornya adalah: A, B, C dan E.

- Pengecoh A dipilih oleh 4 orang, berarti 4/50 × 100% = 8%. Jadi pengecoh A sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sebab angka persentasenya sudah melebihi 5%.

-          Pengecoh B dipilih oleh 6 orang testee, berarti 6/50 × 100% = 12% (telah berfungsi dengan baik).

-          Pengecoh C dipilih oleh 5 orang testee, berarti 5/50 × 100% = 10% (telah berfungsi dengan baik).

-          Pengecoh E dipilih oleh 5 orang testee, berarti 5/50 × 100% = 10% (telah berfungsi dengan baik).

·         Jadi, keempat pengecoh yang dipasangkan pada item nomor 1 itu sudah dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.

 

b)      Untuk item nomor 2, kunci jawabannya adalah B, sedangkan pengecoh atau distraktornya adalah: A, C, D dan E.

- Pengecoh A dipilih 1 orang testee, berarti 1/50 × 100% = 2% (belum berfungsi).

-          Pengecoh C dipilih 2 orang testee, berarti 2/50 × 100% = 4% (belum berfungsi).

-           Pengecoh D dipilih 1 orang testee, berarti 1/50 × 100% = 2% (belum berfungsi).

-          Pengecoh E dipilih 2 orang testee, berarti 2/50 × 100% = 4% (belum berfungsi).

 

·         Jadi, keempat pengecoh yang dipasangkan pada item nomor 2 itu belum dapat menjalankan fungsinya seperti yang diharapkan.

 

c)      Untuk item nomor 3, kunci jawabannya adalah C, sedangkan pengecoh atau distraktornya adalah: A, B, D dan E.

* Pengecoh A, B dan D masing-masing dipilih oleh 1 orang testee (=2%). Berarti tiga buah pengecoh itu belum berfungsi.

* Adapun pengecoh E dipilih oleh 37 orang, berarti 37/50 × 100% = 74% (telah berfungsi dengan baik).

 

·         Jadi, pada butir nomor 3 itu hanya 1 buah pengecoh saja yang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

 

 

Kegiatan Evaluasi bagi seorang guru menjadi suatu tuntutan, dimana seorang guru harus mengetahui hasil belajar siswa-siswanya dengan serangkaian tes berupa soal-soal, percobaan-percobaan yang tujuannya  untuk memudahkan guru dalam menilai hasil tes.

Teknik  penganalisisan item  hasil belajar atau analisis soal  bertujuan untuk mengadakan  identifikasi  soal-soal yang baik dan soal-soal yang jelek.  Karena dengan mengetahui soal-soal tersebut baik dan yang tidak baik, selanjutnya kita  dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik.

Dalam melakukan evaluasi digunakan alat untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya  Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (item tes). Analisis terhadap butir soal atau  analisis item soal adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan yang memiliki kualitas memadai. Analisis soal ini bertujuan untuk mengidentifikasi soal-soal sehingga bisa dikategorikan mana soal yang baik-kurang baik dan jelek sehingga dari proses identifikasi tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk dilakukan perbaikan proses belajar mengajar di masa yang akan datang. Sehingga dalam aplikasinya, teknik analisa soal ini mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan memaparkan makalah yang berjudul “Teknik Penganalisisan Item Tes Hasil Belajar”.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Sudjiono, Anas. 2016, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali, Pres

http://eprints.walisongo.ac.id/1662/3/093511027_Bab2.pdf

https://prestasi-yes.blogspot.com/2014/06/teknik-penganalisisan-item-teshasil.html

https://www.academia.edu/25453964/Teknik_Analisis_Item_Tes_Hasil_Belajar

 

 

 

 

 

 

 




 

 

1 komentar:

  1. The King Casino: The New King & The World of Gaming
    The King Casino is the https://octcasino.com/ new place where jancasino.com the https://jancasino.com/review/merit-casino/ real money gambling is legal in communitykhabar Florida and Pennsylvania. We love the new casino. We've kadangpintar got some great

    BalasHapus

Aksi nyata modul 1.2

Berikut adalah link aksi nyata modul 1.2 program guru penggerak angkatan 9 Link aksi nyata modul 2.1