BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Salah satu aspek positif kemajuan dari dunia penelitian yang ada di
Indonesia, adalah muncul banyaknya para peneliti-peneliti muda yang kini lebih
kritis lagi dalam meneliti objek-objek yang ada. Di Indonesia, banyak sekali
para peneliti ataupun bukan peneliti yang banyak melakukan sebuah riset guna
memenuhi tugas ataupun sebagai pembuktian dari sebuah kejadian. Yang dimana
setiap penelitian tersebut biasanya memerlukan sebuah pengujian agar nantinya
mampu menjadi sebuah hasil ilmiah yang benar-benar valid dan bersifat riel
tanpa adanya kebohongan ataupun ketidaknyataan yang mengesankan data yang
diperoleh bersifat dibuat-buat. Agar kajian kita bisa bersifat riel maka kita
sebagai seorang peneliti harus menguji terlebih dahulu hasil penelitian kita
yang disebut dengan uji reabilitas.
Kebanyakan dari kita mengira bahwa jika kita mempunyai kesimpulan dari
hasil penelitian kita terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, maka kesimpulan
itu berlaku dengan sempurna untuk seluruh kejadian yang sejenis. Perkiraan
semacam itu belum tentu benar, untuk menghindari hal-hal yang semacam itu maka
kita harus melakukan reliabilitas, yang berguna untuk menunjukkaan kevalidan
data dari hasil sebuah penelitian yang kita lakukan.
Reliabilitas mampu menunjukkan
tingkat kepercayaan terhadap skor atau tingkat kecocokan skor dengan
skor sesungguhnya. Reliabilitas ini bisa dicapai melalui tingkat kecocokan di
antara skor pada lebih dari sekali pengukuran. Jika makin cocok dengan skor
sesungguhnya maka makin tinggi tingkat reliabilitasnya. Kalaupun ada ketidakcocokan
itu merupakan kekeliruan yang acak. Jadi kemungkinan munculnya kesalahan masih
tetap ada, namun kemungkinan itu sangatlah kecit sekali dan tidak akan banyak
berpengaruh terhadap hasil akhir dari sebuah pengujian.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari
reliabilitas?
2.
Apa tujuan dari
reliabilitas?
3. Bagaimaana
Pelaksanaan tes untuk menentukan reliabilitas?
4. Apa saja
Jenis jenis reliabilitas ?
5. Apa saja Faktor-faktor
yang memengaruhi reliabel ?
6. Bagaimana
Cara-cara mencari besarnya reliabel ?
7. Apa saja Macam-macam
reliabilitas ?
8.
Apa saja Ancaman terhadap reliabilitas ?
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, diharapkan para pembaca mampu memahami
tentang:
1.
Pengertian dari reliabilitas
2.
Tujuan dari reliabilitas
3.
Pelaksanaan tes untuk menentukan reliabilitas
4.
Jenis jenis reliabilitas
5.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi reliabilitas
6.
Cara-cara mencari besarnya reliable
7.
Macam-macam reliabilitas
8.
Ancaman terhadap reliabilitas
BAB II
LANDASAN
TEORI
1.
Pengertian
Reliabilitas
Menurut
Sugiono (2005) Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan
dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes adalah tingkat
keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya
untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada
situasi yang berbeda-beda.
Menurut
Sukadji (2000) reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur
secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk
angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas
tinggi. Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran
atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati
berkali – kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau
mengamati sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
Berdasarkan
beberapa pendapat tentang pengertian reliabilitas di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa reliabilitas adalah suatu keajegan suatu tes untuk mengukur
atau mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai reliabilitas yang tinggi jka tes tersebut dapat memberikan hsil yang
tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relative
sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan
oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Alat
ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable.
2.
Tujuan
Reliabilitas
Tujuan dari
uji reliabilitas ini adalah untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang
diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Tujuan adanya realibilitas
adalah mengkonsep satu variabel dengan jelas. Setiap pengukuran harus merujuk
pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah variabel harus spesifik agar
dapat menguragi intervensi informasi dari variabel lain. Menggunakan level
pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat level pengukuran, maka
variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena informasi yang dimiliki
semakin mendetail.
Prinsip dasarnya adalah mencoba
melakukan pengukuran pada level paling tepat yang mungkin diperoleh. Gunakan
lebih dari satu indikator. Dengan adanya lebih dari satu indicator yang
spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari range yang lebih luas
terhadapkonten definisi konseptual. Gunakan tes pilot, yakni dengan membuat
satu atau lebih draftatau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju ke tahap
hipotesis (pretest). Dalam penggunaan pilot studies, prinsipnya
adalah mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu
dari literature-literatur yag berkaitan.
Selanjutnya, pengukuran
terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang dilakukan
peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara
sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.
Pada konstruksi alat ukur,
perhitungan reliabilitas berguna untuk melakukan perbaikan pada alat ukur yang
dikonstruksi. Dimana perbaikan alat ukur dilakukan melalui analisis butir untuk
mengetahui butir mana yang perlu diperbaiki. Namun pada pengukuran
sesungguhnya, perhitungan reliabilitas dilakukan untuk memberi informasi
tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya. Tentunya
perolehan tersebut bisa di jadikan acuan bagi peneliti untuk menghasilkan
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan di kemudian hari.
Sehingga, jika realibilitas
baik, akan menunjukkan kalahan varian yang minim. Jika tes mempunyai reabilitas
tinggi maka pengaruh kesalahan pengukuran telah terkurangi.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Pelaksanaan
Tes Untuk Menentukan Reliabilitas
Untuk
mengestimasi reliabilitas suatu alat penilaian (tes dan non tes) ada tiga cara
yang paling banyak dipergunakan, yaitu tes tunggal (single test), tes
ulang (test re-test), dan tes ekuivalen (alternate test).
a.
Tes
Tunggal (single Test)
Tes tunggal adalah tes yang terdiri
dari satu perangkat (satu set) yang diberikan terhadap sekelompok subyek dalam
satu kali pelaksanaan. Dengan demikian hasil tes ini hanya terdapat satu
kelompok data berupa skor hasil tes. Ada bermacam – macam teknik yang bisa
digunakan untuk menentukan reliabilitas jenis tes tunggal ini.
b.
Tes
Ulang (test re-test)
Tes ulang
adalah tes yang terdiri dari seperangkat tes yang diberikan kepada sekelompok
subyek dua kali. Reliabilitasnya dihitung dengan cara mengkorelasikan hasil tes
pertama dengan tes kedua. (Metode tes ulang adalah penggunaan tes yang sama dua
kali pada sejumlah peserta tes yang sama).
Metode tes
ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi
dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka
metode ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method.
Kemudian hasil dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.
c.
Tes
Ekuivalen (alternate test)
Tes ekuivalen adalah tes yang
terdiri dari dua perangkat dimana soal – soal pada perangkat pertama ekuivalen
dengan soal – soal pada perangkat kedua. Pengertian ekuivalen disini adalah
soal – soal yang memuat konsep yang sama, tetapi soal tersebut tidak persis
sama. Selain memuat konsep yang sama, tingkat kesukarannya pun harus sama.
Misalkan untuk soal pemfaktoran suku tiga bentuk ekuivalen dengan bentuk
, tetapi tidak ekuivalen dengan bentuk sebab meskipun konsep suku tiga
dan pemfaktoranya sama tetapi tingkat kesukarannya berbeda. Untuk menentukan
reliabilitasnya dihitung dengan cara mengkorelasikan hasil tes untuk soal
perangkat pertama dengan hasil tes dari perangkat kedua.
2.
Jenis
– Jenis Reliabilitas
Walizer
(1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu :
a.
Reliabilitas
Stabilitas.
Menyangkut usaha memperoleh nilai
yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap
saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang
sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan
mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
b.
Reliabilitas
Terwakili
Mengacu pada keterandalan
masing-masing grup. Menguji apakah penyampaian indikator sama
jawabannya saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda.
c.
Reliabilitas
Seimbang (equivqlence reliability)
Menyangkut usaha memperoleh nilai
relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama.
Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator
yang berbeda, batasan-batasan operasional, peralatan pengumpulan data, dan /
atau pengamat-pengamat.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama
bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik
belah-tengah.
3.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas
Adapun faktor yang memengaruhi reliabilitasi
diantaranya yaitu sebagai berikut:
a.
Jumlah
butir soal
Banyaknya soal pada suatu instrumen
ikut mempengaruhi derajat reliabilitasnya. Semakin banyaknya soal-soal maka tes
yang bersangkutan cenderung semakin menjadi reliabel.
b.
Homogenitas
Soal Tes
Soal yang memiliki homogenitas
tinggi cenderung mengarah pada tingginya tingkat realibilitas. Dua buah tes
yang sama jumlah butir-butirnya akan tetapi berbeda isinya, misalnya yang satu
mengukur tentang pengetahuan kebahasaan dan yang satunya tentang kemampuan
fisika akan menghasilkan tingkat reliabilitas yang berbeda. Tes fisikan
cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada tes
kebahasaan karena dari segi isi kemampuan menyelesaikan soal fisika lebih
homogen daripada pengetahuan kebahasaan.
c.
Waktu
Yang diperlukan Untuk Menyelesaikan Tes
Semakin terbatasnya waktu dalam
pengerjaan tes maka akan mendorong tes untuk memiliki
reliabilitas yang tinggi.
d.
Keseragaman
Kondisi Pada Saat Tes Diberikan
Kondisi pelaksanaan tes yang semakin
seraga akan memunculkan reliabilitas yang makin tinggi
e.
Kecocokan
Tingkat Kesukaran Terhadap Peserta Tes
Bahwa soal-soal dengan tingkat
kesukaran sedang cenderung lebih reliabel dibandingkan dengan soal-soal yang
sangat sukar atau sangat mudah
f.
Heterogenitas
Kelompok
Semakin heterogen suatu kelompok
dalam pengerjaan suatu tes maka tes tersebut cenderung untuk menunjukkan
tingkat reliabilitas yang tinggi
g.
Motivasi
Individu
Motivasi masing-masing individu
dalam mengerjakan suatu instrumen akan mampu mempengaruhi
realibilitas. Perbedaan motiviasi antar individu dalam kelompok akan
menimbulkan kesalahan acak pada pengukurannya karena individu yang tidak
memiliki motivasi tidak akan mengerjakan instrumen tersebut dengan
sungguh-sungguh sehingga jawaban yang diberikan tidak akan mencerminkan
kenyataan yang sebenarnya.
h.
Variabilitas
Skor
Instrumen yang menghasilkan
rentangan skor yang lebh luas atau lebih tinggi variabilitasnya, akan
memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada menghasilkan rentangan
skor yang lebih sempit , seperti bentuk pilihan ganda cenderung menghasilkan
tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada bentuk benar – salah
4.
Cara
– cara Mencari Besarnya Reliabilitas
a.
Pendekatan
Tes Tunggal
Analisis data untuk pendekatan tes
tunggal bisa dibagi ke dalam 2 (dua) macam teknik, yaitu Teknik Belah Dua
(Spilt-Half Technique) danTeknik Non Belah Dua (Non Spilt-Half Techique).
b.
Teknik Non Belah Dua
Pakar yang mengemukakan teknik non
belah dua adalah Kuder dan Richardson. Mereka berpendapat bahwa teknik belah
dua kurang baik dalam mencari koefisien reliabilitas, sebab bisa dilakukan
dengan cara yang berbeda sehingga menghasilkan yang berbeda pula. Disamping itu
dalam pelaksanaannya, teknik belah dua sulit sekali memperoleh dua belahan yang
setara satu sama lain.
Untuk menghindari hal tersebut,
Kuder dan Richardson mengemukkan cara untuk menghitung koefisien reliabilitas
tanpa membelah tes menjadi dua bagian, tetapi membagi tes menurut banyak nya
butir soal yang disajikan, yaitu dengan menganalisis masing – masing butir soal
tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas tes
tanpa membelah tes menjadi bagian adalah rumus KR-20 dan KR-21.
Rumus KR-20
Sebagai contoh kita gunakan hasil
tes matematika yang terdiri dari 15 butir soal yang diikuti 10 subyek siswa
seperti yang digunakan sebelumnya. Tabel di bawah ini adalah tabel persiapan
untuk menghitung koefisien reliabilitas dengan KR-20.
5.
Macam-macam Reliabilitas
Ada beberapa tipe reliabilitas tes sering digunakan
dalam kegiatan evaluasi dan masing-masing realibilitas mempunyai konsistensi
yang berbeda-beda. Adapun macam-macam reliabilitas tes evaluasi adalah :
a.
Reliabilitas ulang
uji
Teknik ulang uji (Burhan Nurgiyantoro, 2012: 167)
adalah teknik memerkirakan tingkat reliabilitas tes dengan melakukan kegiatan
pengukuran dua kali terhadap tes yang sama kepada peserta didik yang sama pula.
Hasil tes pertama dan kedua kemudian dikorelasikan. Jika koefisien korelasi (r)
yang diperoleh cukup tinggi, hasil pengukuran tes yang diujicobakan itu
dinyatakan reabilitasnya tinggi.
b.
Reliabilitas rumus
Kuder-Richardson 20 dan 21
Pengujian reliabilitas tes dengan memergunakan rumus
kuder-richardson 20 dan 21(Penilaian pembelajaran bahasa Indonesia berbasisi
kometensi, 2012:169) dilakukan dengan membandingkan skor butir-butir tes. Jika
butir-butir tes itu menunjukkan tingginya tingkat kesesuaian (degree of
agreement), kita dapat menyimpulkan bahwa hasil pengukuran tes itu konsisten
c.
Reliabilitas Alpha
Cronbach
Reliabilitas Alpha Cronbach, (Burhan
Nurgiyantoro, 2012:171) diterapkan pada tes yang mempunyai nilai skor berskala
dan dikhotomis sekaligus. Artinya, prosedur uji reliabilitas ini diterpakan pada
hasil pengukuran yang berjenjang, misalnya: 1-4, 1-5, 1-6, atau yang lain
bergantung maksud penyusunannya. Namun, jika dikehendaki, prosedur reliabilitas
ini pun dapat diterapkan pada hasil pengukuran tes yang bersifat dikhotomis
sebagimana halnya rumus reliabilitas K-R di atas, karena pada dasarnya keduanya
sama, yaitu merupakan koevisisen reliabilitas komposit untuk semua butir tes.
d.
Reliabilitas
Bentuk Paralel
Teknik butir pararel (Burhan Nurgiyantoro, 2012:172)
dilakukan terhadap adanya dua perangkat tes yang bersifat pararel. Kedua
perangkat tes itu dimaksudkan untuk mengukur tujuan atau kompetensi yang sama,
dengan jumlah butir, susunan dan tingkat kesulitan yang kurang lebih sama.
Jadi, dua perangkat tes yang dibuat berdasarkan spesifikasi yang sama. Untuk
menguji reliabilitas hasil pengukuran tes, kedua perangkat tes tersebut
diujicobakan kepada sejumlah subjek yang sma, kemudian hasilnya dikorelasikan.
Tinggi rendahnya koefisien korelasi akan mencerminkan reliabilitas hasil
pengukuran kedua peangkat tes itu.
e.
Reliabilitas
dengan tes-retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu kewaktu. Tes-rtes
menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi
yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat dari kesalahan pengukuran.
Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa
mencapai suatu tes pada waku tertentu adalah sam ahasilnya, ketika siswa
tersebut dites lagai dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut,
seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa
yang ingin diukur.
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika
digunakan untuk menentukan prediktor misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan
tidak akan bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-ubah
secara signifikan saat diberikan kepada responden. Penentuan pemakaian
reliabilitas tes retes, juga tepat ketika bentuk tes alternatif lainnya tidak
ada, dan ketika tampak bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat
atas jawabannya, jika item-item yang ada banyk mengandung sejarah, dibandingkan
bentuk jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retas dapat dilakukan dengan cara
seperti berikut
1)
Selenggarakan tes
pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana.
2)
Setelah selang
waktu tertentu, misalnya 1 minggu atau 2 minggu, lakukan kembali tes yang sama
denga kelompok yang sama tersebut.
3)
Kolerasikan hasil
kedua tes tersebut Jika hasil koefisien kolerasi menunjukkan tinggi, berarti
reliabilitas tes adalah bagus. Sebaliknya, jika kolerasi rendah, berarti tes
tersebut mempunyai konsistensi rendah.
Tes-retes juga
mempunyai beberapa permasalahan. Diantaranya adalaha faktor waktu jeda atau
tenggang yang diambil, ketika dilakukan tes pertama dan tes kedua. Jika
interval waktu terlalu pendek, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat
jawaban dalam tes sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena
faktor retensi atau sisa-sisa hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika
interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes
mungkin bertambah karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan
dan faktor intervensi dari faktor belajar dari para subjek. Faktor-faktor
tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifisial dan rendah. Mengenai
interval waktu yang baik antara tes pertama dan tes kedua diberikan kepada
subjek pelaku pilot studi, Gay (1983:118) memberikan reverensi bahwa satu hari terlalu
pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisi waktu
pemberian tes melalui tes retes diantara 1 atau 2 minggu.
f.
Reliabilitas
bentuk ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes
evaluasi yang hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik dengan tes acuan.
Setiap tampilannya, seetiap substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes
tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang dimaksud
misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur
sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyia petunjuk, cara penskoran, dan
interpretasi yang sama.
Dari kedua kondisi yang direncanakan secara ekivalen
diatas, idealnya jika suatu kelompok mengambil dua tes tersubut maka rerata
skor maupun variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya
sama. Jika dikehendaki sebenarnya, kita dapat memilih, mengambil sampel, dan
item yang berbeda dari ranah tingkah laku sama. Yang perlu diperhatikan
mestinya adalah dalam hal apakah pemberian skor tergantung item pilihan atau
pada penampilan atas item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika
item terpilih baik dan setiap setnya menggambarkan ranah yang setaraf, maka
penggambaran tersebut mestinya benar.
Reliabilitas ekivalen, pada umumnya juga menggambarkan
bentuk konsistensi alternatif, yang dapat menunjukkan variasi skor yang terjadi
dari bentuk tes lainnya. Akan tetaoi, yang juga yang perlu diingat ialah bahwa
pengambilan tes reliabilitas ekivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,
jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sei pertama,
sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk
alternatif tes tersedia, yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa
reliabilitas ekivalensi. Hal ini perlu diyakinan kembali, agar terjadi bahwa
skor seseorang tidak akan dipengaruhin oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
Implikasi dari analisis diatasialah, bahwa seringkali
terjadi sebuah tes evaluasi diberikan lebih dari satu kali pada grup yang sama.
Pertama tes diberikan pada grup sebagai pretes dan selang waktu tertentu
diberikan untuk yang kedua kalinya sebagai postes. Hal lain yang juga perlu
diketahui adalah bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan intervening, ketika
mengukur suatu hal yang esensinya sma dengan menggunakan tes sama.
Mengenai peryataan bagaimana proses melakukan tes
reabilitas secara ekivalen? berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah yang
perlu diambil oleh soerang mahasiswa peneliti. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut
1)
Tentukan subjek
sasaran yang hendak dites.
2)
Lakukan tes yang
dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
3)
Administrasi
hasilnya secara baik.
4)
Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang kedua kelinya dalam kelompok
tersebut.
5)
Kolerasikan kedua
hasil set skor.
Jika hasil koefisien ekivalen tinggi, berarti tes
memiliki reliabilitas ekivalen baik. Sebaliknya, jika ternyata keofisien rendah
maka reliabilitas ekivalen tes adalah rendah. Reliabilitas ekivalem merupakan
salah satu bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai penelitian terutama
penelitian pendidikan. Yang perlu diketahui juga bagi para peneliti adalah
bahwa tes ekivelen mempunyai kelemahan yaitu membuah dua buah tes yag secara
esensial ekivalen addalah sulit. Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan
pengukuran.
g.
Reliabilitas
dengan belah dua
Reliabilitas belah dua ini termaksud reliabilitas yang
mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud dengan konsistensi internal
ialah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam tiap
item tes evaluasi. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaannya hanya memerlikan
waktu satu kali. Ada beberapa kemungkinan dalam cara ini. Termaksud perbedaan
kondisi tes yang terjadi, ketika menggunakan metode tes-retes dapat
dihilangkan. Reliabilitas belah dua juga tepat digunakan, ketika tes evaluasi
yang ada terlalu panjang.
Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya
dapat dilakukan dengan urutan seperti berikut
1)
Lakukan pengetesan
item-item yang telah dibuat pada subjek sasaran
2)
Bila tes yang ada
menjadi dua dasar jumlah item yang paling umum dengan membagi item dengan nomor
ganjil dan genap pada kelompok tersebut.
3)
Hitung skor
subjekpada kedua belah kelompok penerimaitem genap dan item ganjil.
4)
Korelasikan kedua
skor tersebut, menggunakan formula kolerasi yang relevan dengan teknik
pengukuran.
Jika hasil
kofisien kolerasi tinggi maka maka tes mempunyai perlu diingat bahwa dari
analisis belah dua diatas, hasil kolerasi yang muncul baru separuh. Sebenarnya
apa yang kita kerjakan adalah menciptakan secara artifisial dua macam kelompok
ekivalen dan menghitung bentuk reliabilitas ekivalensi yang direncanakan
terjadi dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, analisis diatas dapat dikatakan
sebagai reliabilitas atau konsistensi internal. Dikarenakan reliabilitas yang
digambarkan baru sebagian dari tes sebenarnya, Maka formula koreksi
perludigunakan untuk meningkatkan ketetapanperhitungan tingkat konsistensi.
Formula koreksi yang digunakan adalah kolerasi Sperman-Brown.
6.
Ancaman
Terhadap Reliabilitas
Semua jenis
instrumen tes atau nontes tidak terlepas kesalahan. Hal ini berlaku untuk
instrumen tes dalam ilmu-ilmu eksakta dan dalam ilmu-ilmu psikologi dan
pendidikan. Misalnya, dalam mengukur panjang dengan suatu penggaris, mungkin
ada kesalahan sistematis berhubungan dengan di mana titik nol dicetak pada
penggaris dan kesalahan acak berhubungan dengan kemampuan mata dalam membaca
tanda-tanda dan memperhitungkan tanda-tanda tersebut.
Juga memungkinkan bahwa panjang
obyek dapat berubah dari waktu ke waktu dan pada lingkungan yang berbeda
(misalnya perubahan temperatur). Salah satu tujuan penilaian adalah untuk
mengurangi kesalahan tersebut hingga ke tingkatan yang sesuai dengan tujuan
tes. Tes yang beresiko tinggi (high-stakes tes), seperti ujian untuk
mendapatkan SIM, harus mempunyai kesalahan yang sangat kecil. Tes di kelas
dapat mentolerir kesalahan yang lebih tinggi secara wajar kesalahan tersebut
mudah dikoreksi sepanjang proses pengujian. Reliabilitas hanya mengacu pada
derajat tingkat kesalahan yang tidak sistematis, yang disebut kesalahan acak.
BAB
IV
KESIMPULAN
Reliabilitas
merupakan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi objek
ukur. Reliabilitas ini bertujuan untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang
diberikan skorer satu dengan yang lainnya. Terdapat 3 cara yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas yaitu tes tunggal, tes ulang, dan tes ekuivalen. Terdapat
pula jenis-jenis reliabilitas tes yaitu reliabilitas stabilitas, reliabilitas
terwakili dan reliabilitas seimbang. Kemudian terdapat faktor-faktor yang memengaruhi
reliabilitas diantaranya yaitu jumlah butir soal, homogenitas soal tes, waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan tes, keseragaman kondisi pada saat tes
diberikan, kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta tes, heterogenitas
kelompok, motivasi individu, dan reliabilitas skor. Selanjutnya cara untuk
mencari besarnya reliabilitas yaitu dengan pendekatan tes tunggal dan teknik
nontes belah dua. Macam-macam reliabilitas yaitu Reliabilitas ulang uji,
Reliabilitas rumus Kuder-Richardson 20 dan 21, Reliabilitas Alpha Cronbach,
Reliabilitas Bentuk Paralel, Reliabilitas dengan tes-retes, Reliabilitas bentuk
ekivalensi, dan Reliabilitas dengan belah dua.
Dengan
adanya uji reliabilitas ini maka penilaian yang dihasilkan akan memiliki sebuah
mutu yang berkualitas. Karena penilaian yang sudah melalui uji
reliabilitas sudah dianggap bagus dan memenuhi standart.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar