1.1
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil.Hidup dalam
kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah
saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang
harmonis adalah tugas manusia. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.Dengan berjiwa
pemimpin manusia akan dapat mengelola
diri sendiri, kelompok
& lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan
agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan
untuk mengantisipasi melihat
kedepan, mempertahankan fleksibilitas dan memperdayakan orang lain untuk menciptakan
perubahan strategi yang diperlukan. Pada hakikatnya kepemimpinan strategi
itu multifungsional, melibatkan pengelolaan melalui orang-orang, mengelola seluruh
perusahaan dan meniru perubahan yang kelihatannya akan meningkatkan lingkungan persaingan saat ini. Karena kompleksitas dan hakikat global dari lingkungan ini, para pemimpin
strategi harus belajar
bagaimana caranya mempengaruhi perilaku manusia dengan
efektif dalam lingkungan yang tidak pasti. Melalui
kata-kata atau contoh pribadi, dan melalui kemampuannya untuk melihat masa depan, para pemimpin strategis yang
efektif mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan orang-orang yang bekerja
dengannya secara bermakna.
Hakikat kepemimpinan merupakan proses
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
melakukan aktifitas, maka terdapat banyak variasi pendapat tentang kegiatan fungsional yang dilakukan oleh seorang
pemimpin untuk mempengaruhi pengikut atau karyawan.
Kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi
perilaku seorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi. Setiap orang dalam melakukan suatu
tindakan tertentu pasti didorong oleh adanya
motif tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan
yang belum terpenuhi, tujuan
yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Motivasi
kerja merupakan kombinasi kekuatan psikologis yang kompleks dalam diri masing-masing orang.
Setiap
individu mempunyai motivasi
sendiri yang mungkin
berbeda-beda. Sementara itu,
dari sisi pemberi kerja mereka tertarik pada elemen motivasi karna ingin mengetahui: Arah dan fokus dari
perilaku pekerja yang dapat bersifat positif
atau fungsional maupun bersifat negatif atau disfungsional. Sebagai
faktor positif adalah: kepercayaan,
kreativitas, suka menolong, berketepatan waktu. Sedangkan sebagai faktor disfungsional adalah:
kelambanan, kemangkiran, suka menyendiri, dan
kinerja rendah. Tingkat usaha yang diberikan, apakah pekerja memberikan komitmen
penuh untuk mencapai
keunggulan atau hanya melakukan pekerjaan
sekedarnya saja. Ketekunan dalam berperilaku, apakah
pekerja selalu mengulang dan menjaga tingkat
usahanya atau cepat menyerah dan hanya melakukan
secara periodik.
Seorang
pemimpin diharapkan memiliki
kemampuan untuk memimpin
mengarahkan karyawan supaya maju dalam meraih dan mewujudkan
tujuan-tujuan yang diharapkan dan yang ingin dicapai bersama.
Seorang pemimpin juga merupakan
bagian dari anggota karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa yang menjadi
tanggung jawab pemimpin
harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga seorang pemimpin mampu menjadikan
dirinya sebagai suri tauladan dan panutan
bagi orang-orang atau karyawan yang dipimpinnya dalam rangka meraih tujuan bersama. Kepemimpinan muncul dari
aspirasi anggota organisasi (Buttom Up). Pemimpin dibekali dengan
kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan
anggota organisasi untuk tunduk terhadap kepemimpinan mereka, dengan kekuasaan yang dimiliki ia berusaha mempengaruhi perilaku orang lain
dengan sebuah metode
yang memungkinkan mereka
loyal dan taat kepadanya. Selain
itu, para bawahan
juga berkenan untuk
mematuhi segala perintahnya dengan segenap perasaan jiwa.
Pada
saat apapun jika seseorang berusaha
mempengaruhi perilaku orang lain, dari keterangan
diatas telah diterangkan bahwa kegiatan semacam itu telah melibatkan seseorang
kedalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam sebuah organisasi tertentu, dan orang tadi perlu
mengembangkan sifat dan membangun
iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, maka orang tersebut
perlu memikirkan tentang
Stategi kepemimpinan apa yang akan
dipakainya saat memimpin.
Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin
, maka secara langsung kendali diri semua aktivitas bawahan berada pada genggaman tanganya, secara otomatis pula seorang bawahan
akan melaksanakan semua perintah baik itu lisan atau tulisan
yang dikeluarkan pimpinannya. Seharusnya para pemimpin
tidak hanya menilai perilakunya sendiri agar mereka dapat mengerti
bagaimana mereka mempengaruhi orang
lain, akan tetapi juga mereka harus meneliti posisi mereka dan cara menggunakan
kekuasaan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Mengacu pada uraian latar belakang di
atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini yaiutu, Agar dalam menguraikan permasalahan
menjadi lebih terarah maka kami membatasi permasalahan dalam bentuk pertanyaan, yaitu:
1.2.1 Bagaimana hakikat
menjadi seorang pemimpin?
1.2.2 Apa saja teori dalam kepemimpinan?
1.2.4 Apa &
bagaimana menjadi pemimpin
yang melayani?
1.2.5 Apa & bagaimana menjadi
pemimpin sejati?
1.2.6 Bagaimana hubungan
kearifan lokal dengan kepemimpinan?
1.2.7 Apa saja syarat – syarat kepemimpinan ?
1.2.8 Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan yang baik ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita
dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya. Dalam prakteknya, sering
diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang
tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang
pemimpin. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif
untuk mempengaruhi pihak lain dan
dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Beberapa
teori telah dikemukakan para ahli manajemen
mengenai timbulnya seorang
pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya. Ada tiga teori yang paling menonjol yaitu sebagai berikut
:
1.
Teori Genetis
Inti
dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leader
are born and not made”. Penganut
teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana
pun seorang ditempatkan pada suatu waktu
ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir
telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2.
Teori Sosial
Jika
teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, maka penganut social mengatakan sebaliknya yaitu “leaders are made and not born”.Penganut
teori ini berpendapat bahwa setiap
orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan
kesempatan untuk itu.
3.
Teori Ekologis
Teori
ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis danteori sosial. Penganut- penganut teori ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik
apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari
kedateorigenetis dan teorisosial dan dapat dikatakan
teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam
masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara
pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Beberapa ahli berpendapat tentang
Pemimpin, beberapa diantaranya :
·
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan
bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
·
Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan,
mengarahkan, mengontrol para bawahan yang
bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan.
·
Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik
dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini
adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak
ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
·
Menurut Davis and Filley, Pemimpin
adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
·
Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga
akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
·
Sedangakan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap
sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama
dari kepemimpinan Pancasila adalah :
·
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin
harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.
·
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin
harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
·
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus
mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya
berani berjalan di depan
dan sanggup bertanggung jawab.
Dalam
organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen.
Ketiga tingkatan tersebut adalah
:
1. Manager puncak (Top
Manager)
2. Manager menengah
(Middle Manager)
3. Manager bawahan (Lower Manager/Supervisor)
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mau melakukan pap yang
diinginkan pihak lainnya.”The art of
influencing and directing meaninsuch
away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the
mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk
memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas
– Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya
tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah
itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki
yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya
tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah
itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
2.2
Unsur-Unsur Kepemimpinan
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah
merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki
2 aspek yaitu :
·
Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
·
Fungsi sebagai Top Mnajemen,
yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.
Pada umumnya
para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi
lima tipe utama yaitu sebagai
berikut :
1)
Tipe kepemimpinan otokratis
Tipe pemimpin
ini menganggap bahwa pemimpin adalah
merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini
adalah sebagai berikut :
1.
Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.
2. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi.
3. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
4. Tidak mau menerima kritik,
saran dan pendapat
dari orang lain karena dia menganggap dialah yang
paling benar.
5. Selalu bergantung pada kekuasaan formal.
6. Dalam
menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe
otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak
dari manusia, karena
tipe ini tidak dapat dipakai
dalam organisasi modern.
2)
Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yag dimaksud
dengan seorang pemimpin tipe militeristis
tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua
pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis.
Seorang pemimpin
yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Dalam
menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan
sebagai alat utama.
2. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
3. Senang kepada formalitas
yang berlebihan.
4. Menuntut disiplin
yang tinggi dan kepatuhan mutlak
dari bawahan.
5. Tidak mau menerima kritik dari bawahan.
6. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki
oleh tipe pemimpinmiliteristis jelaslah
bahwa tipe pemimpin
seperti ini bukan merupakan pemimpin
yang ideal.
3)
Tipe kepemimpinan fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathernalistis, mempunyai ciri tertentu
yaitu bersifat fathernal atau kebapakan.
Kepemimpinan seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan
mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan
bersifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin
fathernalistis dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
2. Bersikap terlalu
melindungi bawahan.
3. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan.
4.
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisiatif
daya kreasi.
5. Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam
keadaan tertentu pemimpin
seperti ini sangat
diperlukan. Akan tetapi
ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin fathernalistis kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap
organisasi yang dipimpinnya.
4)
Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukn
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin
memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin
seperti inimempunyai daya
tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pemimpin seperti
ini, pengetahuan tentang faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin
yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan, profil, pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan
sebagai kriteria tipe
pemimpin karismatis.
5)
Tipe kepemimpinan demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendcahulukan kelompok dibandingkan dengan
kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut
:
1.
Dalam proses menggerakkan bawahan
selalu bertitik tolak pada pendapat
bahwa manusia itu adalah makhluk yang
termulia di dunia.
2. Selalu berusaha
menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi
dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima
saran, pendapat dan bahkan kritik
dari bawahannya.
4. Mentolelir bawahan
yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan
tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari
bawahan.
5. Lebih menitikberatkan kerjasama dalam mencapai
tujuan.
6. Selalu berusaha
untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe
demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
2.3
Hakikat Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok . Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhi dan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas (Field Manual 22-100).
Adapun defenisi
dari kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut
:
a. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 :
17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang
atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara
sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan
b. G.L.Feman & E.K.aylor (1950)
Kepemimpinan adalah kemampuan
untuk menciptakan kegiatan
kelompok mencapai tujuan
organisasi dengan efektifitas maksimum dan kerjasama dari tiap- tiap individu.
c. C.M. Bundel
“Is Leadership losing its importance ?”
Kepemimpinan seorang seni mendorong/mempengaruhi
orang-orang lain untuk mengerjakan apa yang
dikehendaki seseorang pemimpin
untuk dikerjakannya.
d. R. C. Davis “ The Fundamentals of Top Management”
Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang
mendorong memotivasi, dan
mengkoordinasikan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan
suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan.
2.4 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam
karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti
tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi.Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1.
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori
sifat berkembang pertama
kali di Yunani Kuno dan Romawi
yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma
Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
1.
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai
kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
2.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
3. Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi
diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan
yang kuatinikemudiantercermin pada kinerja yang optimal, efektif
dan efisien.
4.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap
harga diri dan kehormatan sehingga
para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
2.
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin
yang mendasarkan teori
ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal yaitu :
§ Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan
bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti
: membela bawahan,
memberi masukan kepada
bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan
bawahan.
§ Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang
pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Contoh yang dapat
dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik
adalah bagaimana seorang pemimpin
yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3.
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor
itu seorang pemimpin
akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia
untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
4.
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang
pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada
pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.Dari adanya berbagai teori kepemimpinan
di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat,
keterampilan dan sikapnya.
Gaya kepemimpinan adalah cara seorang
pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan
sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi, kuasa
ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian
motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan
kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Fungsi kepemimpinan secara umum, terdiri
dari :
a.
Memprakasai struktur organisasi.
b.
Menjaga koordinasi dan
integrasi ddi dalam oranisasi agar dapat berjalan
dengan efektief.
c.
Merumuskan tujuan institusional
atau oranisasional dan menentukan sarana serta
cara-cara yang efesien dalam serta cara-cara yang efesien dalam mencapai
tujunan tersebut.
d.
Mengatasi pertentangan serta konflik-konflik yang muncul
dan mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang.
e.
Mengadakan revisi, perubahan, inovasi
pengembangan dan penyempurnaan dalam organisasi.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah
merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek
yaitu :
a.
Fungsi administrasi, yakni
mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
b.
Fungsi sebagai Top Mnajemen,
yakni mengadakan planning,
organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Gaya kepemimpinan antara lain adalah
:
a.
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan kekuasaan
dan pengambilan keputusan bagi dirinya
sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
b.
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang
yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
c.
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan
yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
d.
Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,
struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian
menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat
dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau
dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi
tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan
kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila
konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan
yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang –
orang sibuk dan mendesak
mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan
berorientasi konsiderasi, tidak selamanya merupakan
pemimpin yang terbaik. fiedler telah mengembakan suatu
model pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,
yakni model kepemimpinan kontigennis. model ini
nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.
dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan
ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations),
struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader
position power). Variabel
pertama ditentukan oleh
pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel
kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan
kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa
dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey
dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan
tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat
penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai
individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai
kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam
Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing –
masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai
dalm situasi yang tepat meskipun
disadari bahwa setiap orang
memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk
melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan
4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara
mereka membantu bawahannya.
Keempat gaya tersebut adalah :
a. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit
dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya
terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam
proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan
detil yang sudah dikerjakan.
b. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan
kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari
bawahan. Gaya yang tepat apabila staf
kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya, dengan
meluangkan waktu membangun
hubungan dan komunikasi yang baik
dengan mereka.
c.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya
bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan
secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan
keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal
teknik
– teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan
yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka
dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.
d. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh
wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan
efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat
melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan
itu atas kemampuan
dan inisiatifnya sendiri.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang
pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan
pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri
dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk
memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali
dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah
diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
2.5 TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya)
kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut :
1. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa
kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin
otoriter hanya dibatasi
oleh undang-undang. Bawahan
hanya bersifat sebagai
pembantu, kewajiban bawahan
hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah
dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran.
Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara
mutlak.
Kelebihan:
a. Keputusan dapat diambil secara
cepat
b. Mudah
dilakukan pengawasan Kelemahan:
a. Pemimpin yang otoriter
tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
b. Setiap
perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin
terhadap perintah atau instruksi yang
telah diberikan.
c.
Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga
tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan
pendapatnya.
d.
Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah
berarti mengontrol, apakah
segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik
oleh anggotanya.
e.
Mereka melaksanakan inspeksi, mencari
kesalahan dan meneliti orang-orang yang
dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam
dengan hukuman, dipecat,
dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya,
dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
f.
Kekuasaan berlebih ini dapat
menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah
dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.
g. Dominasi
yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
2. Tipe Laissez-faire (Bahasa
Perancis : “biarkan mereka sendiri”)
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin
tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin
akan menggunakan sedikit
kekuasaannya untuk melakukan
tugas mereka.Dengan demikian
sebagian besar keputusan
diambil oleh anak buahnya.Pemimpin semacam
ini sangat tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan
itu.Mereka menganggap peran mereka sebagai
‘pembantu’ usaha anak buahnya dengan cara memberikan
informasi dan menciptakan lingkungan yang baik.
Kelebihan:
a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota
b. Tidak
ada dominasi dari pemimpin Kekurangan:
a.
Pemimpin sama sekali tidak memberikan control
dan koreksi terhadap
pekerjaan bawahannya.
b.
Pembagian tugas dan kerja sama
diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk
atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah
terjadi kekacauan dan
bentrokan.
c.
Tingkat keberhasilan anggota dan
kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa
anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
d.
Struktur organisasinya tidak jelas
atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa
pengawasan dari pimpinan.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya.
Hubungan pemimpin dengan anggota
bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam
tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
Kelebihan:
a. Dalam
melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat
dan saran dari kelompoknya.
b.
Ia mempunyai kepercayaan pula pada
anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab.
c.
Ia
selalu berusaha membangun
semangat anggota kelompok
dalam menjalankan dan
mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi
kesempatan kepada anggota kelompoknya
agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan
mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung
jawabnya.
Kekurangan:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan
waktu yang lebih banyak.
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.
4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya
saja bersikap demokratis padahal sebenarnya
dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di
lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan
dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga
pada akhirnya bawahan didesak agar menerima
ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah
kepada kegiatan pemimpin yang otoriter
dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan
yang demokratis.
5. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki
karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat
sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak
selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut,
sikap, dan perilaku serta gaya dari
si pemimpin.
2.6
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan
formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun
banyak di antara
pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah
sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit
sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A.
Karakter Kepemimpinan (Hati Yang Melayani)
Kepemimpianan yang
melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan
karakter. Kepemimpinan yang
melayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang
pemimpin untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali
kita saksikan betapa banyak pemimpin
yang mengaku wakil rakyat
ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika
kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada
sejumlah ciri –ciri dan nilai yang muncul dari seorang
pemimpin yang memiliki
hati yang melayani,yaitu tujuan utama seorang
pemimpin adalah melayani kepentingan mereka
yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi
maupun golongan tapi justru kepentingan publik yang
dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan
mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga
tumbuh banyak pemimpin
dalam kelomponya. Hal ini sejalan
dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the
Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang – orang di
sekitarnya, karena keberhasilan
sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi
atau masyarakat mempunyai banyak
anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada
mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud
dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah
akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat
diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
public atau kepada
setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti
dapat mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam
keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B.
Metode Kepemimpinan (Kepala Yang Melayani)
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau
karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi
pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin
memiliki kualitas sari aspek
yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang
pemimpin, tetapi ketika menjadi
pimpinan formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin
yang memiliki metode
kepemimpinan ini. Karena
hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah –
sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com
ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode
kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan.
C.
Perilaku Kepemimpinan (tangan yang melayani)
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan
karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku
maupun kebiasaan seorang
pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard
disebutkan perilaku seorang
pemimpin, yaitu :
· Pemimpin tidak hanya sekedar
memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh
– sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang
sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki
misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
· Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi
dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat
penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
· Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan,
relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan (recalibrating ) dirinya terhadap
komitmen untuk melayani
Tuhan dan sesame. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani
menurut Ken Blanchard yang sangat relevan
dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku
Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence,
salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan
dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay
Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin – pemimpin
yang berhasil membawa
perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah
pemimpin yang memiliki
SQ yang tinggi.
Mereka biasanya adalah
orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima
kritik, rendah hati, mampu memahami
spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi
diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
2.7
KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan
lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan
karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh
kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan
dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar
atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside
out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah
dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan
pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan
bahkan bagi negerinya. ” I don’t think you have to be waering stars on your shoulders
or a title to be leadar.
Anybody who want to raise
his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh
General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara
Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin.
Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati
tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri.
Pemimpin sejati adalah seorang pemberi
semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah
sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru
mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari
mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah
seorang pemimpin. Justru kepemimpinan
sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan
kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari
kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang
rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara
pemerintah Apartheid, justru melahirkan
perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang
telah membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku
terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah
segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati.
Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta
misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah
menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader
memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan sejati,
yaitu :
· Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual, EQ berarti
kecerdasan emosional, dan SQ berarti
kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang
memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
· Q
leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
· Q
leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
· Q keempat
adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin
sejati adalah seseorang yang sungguh – sungguh mengenali
dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self
management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti
menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat
atau kadar Q (intelligence- quality-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting
yang disingkat menajadi
3C, yaitu :
· Perubahan karakter
dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas (clear
vision).
· Kemampuan atau kompetensi
yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal
(pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan
interpersonal dan metode
kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell,
” The only way that I can keep leading is to keep
growing. The the day I stop growing, somebody
else takes the leadership baton.
That is way it always
it.” Satu-satunya cara agar saya
tetap menjadi pemimpin
adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti
bertumbuh, orang lain akan
mengambil alih kepemimpinan tsb.
2.8
SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN
Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara
lain :
· Kekuasaan
Kekuasaan aslah otoritas
dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin
untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahan untuk berbuat
sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
· Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keungguln, kelebihan keutamaan
sehingga pemimpin mampu mengatur
orang lain dan patuh padanya.
· Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan
kecakapan secara teknis maupun
social, yang melebihi
dari anggota biasa.
Sementara itu stodgill
itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan,
antara lain :
§ Kepastian,
kecerdasaan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
§
Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
§ Tanggug jawab,
berani, tekun, mandiri, kreatif,
ulet, percaya diri,
agresif.
§ Partisipasi aktif,
memiliki stabilitas tinggi,kooperatif, mampu bergaul.
§ Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.
2.9
CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN YANG BAIK
WA. Gerungan menjelaskan bahwa seseorang pemimpin
paling tidak harus memiliki tiga ciri, yaitu :
1. Penglihatan Social
Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti
gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari.
2.
Kecakapan Berfikir
Abstrak
Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang
cerdas, intelegensi yang tinggi. Jadi
sesorang pemimpin harus dapat menganalisa dan memutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.
3. Keseimbangan Emosi
Orang yang mudah naik ddarah, membuat rebut menanakan
emosinya belum mantab dan tidak
memiliki keseimbangan emosi.orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin seebab seseorang pemimpin
harus mampu membuat
suasana tenang dan senang.
Maka seorang pemimp0in harus mempunyai keseimbangan emosi.
2.10 Pendeketan Kepemimpinan
1. Pendekatan Situasional
Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling banyak
dikenal. Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H. Blanchard tahun
1969 berdasarkan Teori
Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J. Reddin tahun 1967. Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di
dalam suatu situasi yang unik. Premis
dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang
ini, seorang pemimpin
agar efektif harus
mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap
tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa
kepemimpinan terdiri atas dimensi
arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus diterapkan secara tepat dengan memperhatikan situasi
yang berkembang. Guna menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus, pemimpin harus mengevaluasi pekerja
mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan.
Dengan asumsi bahwa motivasi dan keahlian pekerja
berbeda di setiap waktu, kepemimpinan situasional menyarankan
pemimpin untuk mengubah tinggi-rendahnya derajat
tatkala mengarahkan atau mendukung para pekerja dalam memenuhi kebutuhan bawahan yang juga berubah. Dalam pandangan
kepemimpinan situasional, pemimpin yang
efektif adalah mereka yang mampu mengenali apa yang dibutuhkan pekerja untuk kemudian
(secara kreatif) menyesuaikan gaya mereka agar memenuhi kebutuhan pekerja tersebut.
Kepemimpinan situasional menyediakan empat pilihan gaya
kepemimpinan. Keempat gaya tersebut
melibatkan aneka kombinasi
dari Perilaku Kerja dengan Perilaku
Hubungan. Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah,
pendiktean tugas, dan pemberitahuan
pada pekerja seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya. Pemimpin
yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja
yang tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah,
mendengar, memotivasi, melibatkan
pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan
juga diberlakukan secara berbeda di aneka situasi.
Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku kerja dan
derajat tertentu perilaku hubungan, pemimpin
yang efektif dapat memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu:
a.
Pemberitahu
b.
Partisipatif
c.
Penjual
d.
Pendelegasi
Pemimpin harus mempertimbangkan situasi sebelum memutuskan
gaya kepemimpinan mana yang hendak digunakan. Kontijensi situasional pada model adalah derajat Readiness
(Kesiapan). Kesiapan adalah
kemampuan pengikut untuk
memahami tujuan
organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan secara
maksimal tetapi mampu dicapai dan
keinginan mereka untuk memikul tanggung jawab dalam pencapaian tugas tersebut. Kesiapan bukanlah ciri yang tetap pada
pengikut, melainkan bergantung pada pekerjaan.
Pengikut yang ada di sebuah
kelompok mungkin punya kesiapan yang tinggi untuk suatu pekerjaan, tetapi tidak dipekerjaan
lainnya. Kesiapan pengikut juga
bergantung pada seberapa banyak
pelatihan yang pernah diterima, seberapa besar komitmen mereka pada organisasi, seberapa besar kemampuan
teknisnya, seberapa banyak pengalamannya, dan
seterusnya.
a.
Gaya Telling (Pemberitahu)
Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu
memberikan instruksi yang jelas,
arahan yang rinci,
serta mengawasi pekerjaan
dari jarak dekat.
Gaya Pemberitahu membantu
untuk memastikan pekerja
yang baru untuk menghasilkan kinerja
yang maksimal, dan akan menyediakan fundasi solid bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang.
b.
Gaya Selling (Penjual)
Gaya Penjual adalah gaya pemimpin
yang menyediakan pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah, dan membantu membangun motivasi dan rasa percaya diri pekerja. Gaya ini
muncul tatkala kesiapan pengikut dalam melakukan
pekerjaan meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap
membimbing akibat pekerja
belum siap mengambil
tanggung jawab penuh atas pekerjaan. Sebab itu,
pemimpin perlu mulai menunjukkan perilaku dukungan
guna memancing rasa percaya diri pekerja sambil terus memelihara antusiasme mereka.
c.
Gaya Participating (Partisipatif)
Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin yang mendorong
pekerja untuk saling berbagi gagasan
dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Mereka mau membantu
pada bawahan. Gaya ini muncul
tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai
pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi
pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya.
d.
Gaya Delegating (Pendelegasi)
Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin
yang cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada tingkat
kesiapan tertinggi sehubungan dengan pekerjaannya.
Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk
mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya.
2. Pendekatan Bakat
Mengembangkan minat dan bakat bertujuan agar seseorang
belajar atau dikemudian hari bisa
bekerja dibidang yang diminatinya dan sesuai minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mereka bisa mengembangkan
kapabilitas untuk belajar serta bekerja secara
optimal dengan penuh antusias.
Bakat adalah bawaan, given from God, dan bakat adalah
sesuatu yang dilatih. Sebelum memahami beberapa
definisi dan pendekatan bakat yang juga diungkapkan beberapa
ahli, ada baiknya kita
yakini satu hal: yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini telah memiliki bakat berupa anugerah dari Sang Maha Kuasa. Beberapa istilah
kerap dipakai ketika berbicara bakat secara spesifik,
antara lain aptitude,
talent/talenta, intelligence/inteligensi/kecerdasan, gifted/giftedness, dan sebagainya.
Pada dasarnya istilah-istilah tersebut membawa makna bakat
yang berkembang sesuai kebutuhan dan
kepentingan. Namun sama-sama mengandung unsure bakat bawaan dan latihan. Misalnya yang dikemukakan
Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari
tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan
seseorang, yakni kecerdasan
kreatifitas dan tanggung jawab. Jadi
apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus, jika dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya jika dibiarkan saja tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan mati dan tak berguna.
Bakat sangat kecil sekali kemungkinannya untuk berubah. Baat itu
adalah relatif tetap sepanjang waktu tertentu.
Karena bakat itu relatif stabil, maka bakat-bakat itu dapat digunakan
untuk membantu keberhasilan dalam bidang kependidikan dan karir. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa: bakat mengungkap potensi untuk mempelajari suatu
aktifitas tertentu, bakat relatif berbeda, bakat relatif konstan.
Pengertian bakat
menurut para pakar:
1.
Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat
yang beragam.
2.
William B. Michael : bakat adalah
kapasitas seseorang dalam melakukan tugas,
yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan.
3.
Brigham : Bakat kondisi, kualitas,
atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan
pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.
4.
Woodworth dan Marquis : bakat
adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui
tes khusus.
5.
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja
yang mencakup dimensi
perseptual, dimensi
psikomotor, dan dimensi intelektual.
Guilford juga memberikan defnisi tersendri mengenai bakat,
yang menyatakan bahwa” Aptitude
pertains to abilities to perform. There are actually as many abilities as there
are actions to be performed, bence traits of this kind are very numerous” Guilford
mengemukakan bahwa bakat (aptitude) mencakup 3 dimensi psikologis,
yaitu: Dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dimensi intelektual.
a.
Dimensi perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan
persepsi, yaitu faktor-faktor yang
antara lain berupa: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang, orientasi waktu, luasnya daerah
persepsi, kecepatan persepsi dan lain sebagainya.
b.
Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup 6 faktor, yaitu: faktor
kekuatan, faktor impuls, faktor kecepatan
gerak, faktor ketelitian, faktor koordinasi dan faktor keluwesan
(flexibility).
c.
Dimensi intelekual
Dari ketiga dimensi, dimensi inilah yang mempunyai
implikasi yang sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor yaitu:
a.
Faktor ingatan, yang mencakup:
Faktor ingatan mengenai
substansi, faktor ingatan mengenai relasi, faktor
ingatan mengenai sistem.
b.
Faktor pengenalan, yang mencakup:
pengenalan terhadap keseluruhan infomasi, golongan
(kelas), hubungan-hubungan, bentuk atau strktur,
dan kesimpulan.
c.
Faktor Evaluatif, yang mencakup:
Evaluasi mengenai identitas, relasi- relasi, sistem dan evaluasi
terhadap penting tidaknya
problem ( kepekaan
terhadap problem yang dihadapi).
d.
Faktor berfikir divergen, yang
meliputi: faktor untuk menghasilkan unit- unit,
faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan,
faktor untuk menghasilkan sistem, fakto untuk transformasi divergen,
faktor untuk menyusun
bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia
utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang
pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja
keras memperbaiki dirinya
sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
3.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa
kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk
dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar
biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin
dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas
kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin
maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga Pandji.
2001. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : Rineka
Cipta
Aliminsyah & Pandji, 2004, Kamus Istilah Manajemen, Bandung : CV.
Yrama Widya Mappaenre, A. 2004. Kepemimpinan (leadership). Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran
FEIS-UNM, Makassar.
Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Kepemimpinan administrasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Mujiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta : UII Press.
http://rahmatfekon.blogspot.com/2013/8/motivasi-kepwmimpinan.html?m=1
M.N. Nasution.2005.Manajemen Mutu Terpadu.Bandung:Ghalia Indonesia.