Sabtu, 12 Desember 2020

MAKALAH METODE SEJARAH TEORI DALAM SEJARAH

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Terkadang kita sebagai manusia selalu mengalami sebuah problem dalam kehidupan dan meminta nasihat untuk mendapatkan gambaran bagaiman cara menyelesaikan permasalahan tersebut, dan seringkali nasihat yang kita dapatkan adalah berbentuk sebuah teori sehingga terucap komentar “teori dengan kenyataan berbeda”. Lalu apakah teori selalu bertentangan dengan kenyataan ? sesungguhnya teori tidaklah bertentangan dengan kenyataan. Karena teori sebenarnya diambil dari sebuah proses observasi dan pengembangan pemikiran.

Banyak yang menganggap teori sesuatu yang tidak penting dalam hal apapun. Itu terjadi karena yang paling penting yaitu praktek atau kejadian real. Tidak terkecuali dalam hal sejarah. Berteori adalah aktivitas mental untuk mengembangkan ide yang dapat menerangkan mengapa dan bagaimana suatu itu bisa terjadi dan korelasi dari sebuah kejadian. Dalam sejarah adanya teori sangatlah diperlukan. Dengan adanya teori seorang sejarawan bisa mengemukakan suatu kejadian sejarah sesuai dengan fakta sejarah dan melalui proses dalam metode sejarah. Teori dan sejarah jika dipisahkan sebenarnya saling berkaitan. Teori merupakan serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu dengan cara merinci hubungan sebab-akibat yang terjadi (Erwan dan Dyah : 2007). Sedangkan sejarah yaitu runtutan peristiwa yang terjadi pada sebuah kejadian (Abramiwitz).

Penejelasan diatas menunjukan seorang sejarawan sangatlah memerlukan suatu teori sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu. Teori dijadikan suatu patokan untuk mengambil fakta-fakta, kesimpulan, serta acuan dalam mengambil sebuah keputusan. Sebuah teori dapat berupa pemikiran-pemikiran sejarawan yang menunjukkan suatu kejadian pada masa lalu. Oleh karena itu pemakalah akan menulis makalah dengan judul “TEORI-TEORI SEJARAH”

 

 

B.    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian teori dan sejarah ?

2.      Jelasnkan pokok-pokok pikiran tentang teori sejarah ?

3.      Jelaskan manfaat dan fungsi teori sejarah terhadap ilmu pengetahuan ?

 

C.    Tujuan

1.      Mengetahui makna teori dan sejarah

2.      Mengetahui pokok-pokok pikrian tentang teori sejarah

3.      Menjelaskan bagaimana manfaat dan fungsi teori sejarah terhadap ilmu pengetahuan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Teori dan Sejarah

 

1.      Pengertian Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variable, definisi dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variable, dengan menentukan hubungan antar variable, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Kata teori memiliki arti berbeda-berbeda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekeumpulan fakta-fakta. Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara “sementara” dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan.

2.      Pengertian Sejarah

Sejarah dalam bahasa Yunani berasal dari historia yang berarti penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian. menurut istilah sejarah adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia. Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, Riwayat, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian pada masa lampau atau asal usul (keturunan) sisilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. ini merupakan istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini.

Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu, dan secara objektif menetukan pola sebab dan akibat yang menentukan mereka. Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai cara untuk memberikan “pandangan” pada permasalahan masa kini.

 

B.    Pokok Pikiran Teori Sejarah         

Teori-teori Sejarah

Teori sangat esensial dalam kajian tentang fenomena baik pada masa lalu maupun sekarang. Namun untuk ilmu sejarah, kedudukan teori menjadi cukup menimbulkan perdebatan sengit terutama antara aliran empirisme dan aliran idealis mengenai penerapan hukum umum (general law) dan teori generalisasi  (generalizing theory) dalam kajian sejarah.

1.      Teori Gerak Siklus Sejarah (Ibnu Khaldun)

 Ibnu Khaldun (1332-1406) sejarawan dan filsosof sosial Islam kelahiran Tunisia yang meupakan penggagas pertama dalam teori siklus ini, khususna dalam sejarah pemikiran manusia, terutama dari dimensi sosial dan filosofis pada umumnya. Karya monumentalnya adalah Al-Muqaddimah(1284 H), yang secara orisinal dan luas membahas kajian sejarah, budaya, dan sosial.

 Adapun inti atau pokok-pokok pikiran dalam teori Khaldun tersebut, sebagai dikemukakan dalam Al-Muqaddimah itu sebagai berikut:

a.          Kebudayaan adalah masyarakat manusia yang dilandaskan  di atas hubungan antara manusia dan tanah di satu sisi, dan hubungan manusia dengan manusia lainnya di sisi lain yang menimbulkan  upaya mereka untuk memecahkan kesulitan-kesulitan lingkungan, mendapatkan kesenangan dan kecukupan dengan membangun industri, menyusun hukum, dan menertibkan transaksi.

b.          Bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat fase, yaitu (1) fase primitif atau nomaden, (2)fase urbanisasi, (3) fase kemewahan, dan (4) fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran.

c.          Kehidupan fase primitif atau nomadenadalah bentuk kehidupan manusia terdahulu (tertua) yang pernah ada. Pada masa ini sifat kehidupan kasar namun diwarnai oleh keberanian dan ketangguhan yang mendorong mereka untuk menundukkan kelompok-kelompok lain. Selain itu pada masa ini juga pada kelompok-kelompok tersebut tumbuh solidaritas, ikatan, dan persatuan yang menopang mereka meraih kekuasaan dan kesenangan.

d.          Dalam fase kedua (urbanisasi), pembangunan yang mereka lakukan tetap berlangsung sehingga perkembangan kebudayaan semakin maju khusunya di kota-kota.

e.          Pada fase ketiga (kemewahan), banyak kelompok yang tenggelam dalam masa kemewahan, di mana pada fase ini dicirikan oleh beberapa indikator, seperti; ketangguhan dalam mempertahankan diri, memperoleh kemewahan dalam kekayaan, keinginan untuk hidup bebas, mengejar nafsu kepuasan dan kesenangan, namun di pihak lain ada juga yang menghendaki pada kesederhanaan. Akibatnya terjadi friksi dan solidaritas mereka menjadi melemah. 

f.           Pada fase kemunduran, kerajaan, pemerintahan melalaikan urusan kenegaraan / pemerintahan dan kemasyarakatan, yang mempercepat kehancuran di mana ditandai ketidakmampuannya dalam mempertahankan dirinya lag. Ini pertanda usainya daur kultural dalam sejarahnya dan bermulanya daur baru dan begitu seterusnya (Al-Sharqawi, 145-146).

g.          Biasanya kelompok-kelompok yang terkalahkan akan selalu  mengekor kepada kelompk-kelompok yang menang, baik dalam slogan, pakaian,  kendaraan, dan tradisi lainnya.

2.       Teori Daur Kultural Spiral(Giambattista Vico)

Nama filosof sejarah Italia Giambattista Vico (1668-1744) memang jarang dikenal, padahal jasanya begitu besar terutama dalam teorinya tentang gerak sejarah ibaratdaur cultural spiral yang dimuat dalam karyanya The New Science (1723) yang telah diterjemahkan Down tahun 1961. Atau mungkin karena teorinya yang sering diidentikkan dengan teori siklus di mana nama-nama besar tokoh lainnya seperti Pitirim Sorokin (1889-1966), Oswald Spengler (1880-1936), Arnold Toynbee (1889-1975), melebihi bayangan nama besarnya. Secara makro,     pokok-pokok pikiran Vico yang tertuang dalam teori daur spiralnya dalam The New Science (dalam Downs, 1961: 113; Al-Sharqawi, 1986: 147-148) tersebut sebagai berikut:

a.    Perjalanan sejarah bukanlah seperti roda yang berputar mengitari dirinya sendiri sehingga  memungkinkan  seorang filosof meramalkan terjadinya hal yang sama pada masa depan. 

b.   Sejarah berputar dalam gerakan  spiral yang mendaki dan selalu memperbaharui diri, seperti gerakan pendaki gunung yang  mendakinya melalui jalan melingkar ke atas di mana setiap lingkaran selanjutnya lebih tinggi dari lingkaran sebelumnya, sehingga ufuknya pun semakin luas dan jauh.

c.   Masyarakat manusia bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu dan terjalin erat dengan kemanusiaan yang dicirikan oleh gerak kemajuan dalam tiga fase yaitu; fase telogis, fase herois, dan fase humanistis. 

    3. Teori Daur Kultural Spiral (Giambattista Vico)

Arnold Toynbee (1889-1975) seorang sejarawan Inggeris yang ia juga pendukung teori siklus .lahir-tumbuh-mandek-hancur. Seperti halnya Khaldun yang dikenal sebagai “jenius Arab”, Toynbee melihat bahwa proses lahir-tumbuh mandek-dan hancur sustu kehidupan sosial, lebih ditekankan pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya yang lebih luas dan komprehensif, daripada studi terhadap sesuatu bangsa maupun periode tertentu. Pemikiran-pemikiran Toynbee yang cemerlang itu dituangkan dalam karya monumentalnya terbit sebanyak 12 jilid.dan ringkasan dari karyanya itu adalah A Study of History.Pokok-pokok pikiran dari teori tantangan dan tanggapan (challenge and response) tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

Menurut Toynbee terdapat 21 pusat peradaban di dunia (misalnya peradaban; Mesir kuno, India, Sumeria, Babilonia, dan peradaban Barat atau Kristen). Enam peradaban muncul serentak dari masyarakat primitif: Mesir, Sumeria, Cina Maya, Minoa (di P.Kreta) dan India. Masing-masing muncul secara terpisah dari yang lain, dan terlihat di kawasan luas yang terpisah. Semua peradaban lain berasal dari  enam peradaban asli ini. Sebagai tambahan, sudah ada tiga peradaban gagal (peradaban Kristen Barat Jauh, Kristen Timur Jauh, dan Skandinavia), dan lima peradaban yang masih bertahan (Polinesia, Eskimo, Nomadik, Ottoman, dan Spartan)..

Sebagai contoh, peradaban Mesir muncul sebagai hasil tanggapan yang memadai atas tantangan yang berasal dari rawa dan hutan belantara lembah Sungai Nil, sedangkan peradaban lain muncul dari tantangan konflik antar kelompok.Berjenis-jenis tantangan yang berbeda dapat menjadi tantangan yang diperlukan bagi kemunculan suatu peradaban.

Terdapat lima perangsang yang berbeda bagi kemunculan peradaban, yakni kawasan yang ; (a) ganas, (b) baru; (c) diperebutkan; (d) ditindas; (e) tempat pembuangan.

Kawasan yang ganas, mengacu kepada lingkungan fisik yang sukar ditaklukkan, seperti yang disediakan lembah S.Hoang Ho (Toynbee, 1961: 88).. Kawasan baru, mengacu kepada daerah yang belum pernah dihuni dan diolah. Kawasan yang diperebutkan, termasuk yang baru ditaklukkan dengan kekuatan militer.Kawasan tertindas, menunjukkan  suatu situasi ancaman dari luar yang berkepanjangan. Kawasan hukuman/pembuangan, mengacu kepada kawasan tempat kelas dan ras yang secara histories telah menjadi sasaran penindasan, diskriminasi dan eksploitasi

                 Antara tantangan dan tanggapan berbentuk kurva linear. Artinya, tingkat kesukaran yang sangat besar dapat membangkitkan tanggapan memadai; tetapi tantangan ekstem dalam arti terlalu lemah dan terlalu keras, tidak memungkinkan dapat membangkitkan tanggapan yang memadai. Atau jika tantangan terlalu keras, peradaban bisa hancur atau terhambat perkembangannya; dalam kasus seperti itu tantangan mempunyai cukup kekuatan untuk mencegah perkembangan normal, meskipun tak cukup keras sehingga menyebabkan kehancurannya.

Untuk terciptanya suatu tanggapan yang memadai kriteria pertama adalah keras-lunaknya tantangan. Kriteria kedua, kehadiran elit kreatif yang akan memimpin dalam memberikan tanggapan atas tantangan itu. Sebab seluruh tindakan sosial adalah karya indindividu-individu pencipta, atau yang terbanyak karya minoritas kreatif itu (Toynbee, 1961: 214). Namun kebanyakan umat manusia cenderung tetap terperosok ke dalam cara-cara hidup lama. Oleh karena itu tugas minoritas kreatif bukanlah sematamatamenciptakan bentuk-bentuk proses sosial baru, tetapi menciptakan caracara barisan belakang yang mandek itu bersama-sama dengan mereka untuk mencapai kemajuan (Toynbee, 161: 215).

Untuk terciptanya suatu tanggapan yang memadai kriteria pertama adalah keras-lunaknya tantangan. Kriteria kedua, kehadiran elit kreatif yang akan memimpin dalam memberikan tanggapan atas tantangan itu. Sebab seluruh tindakan sosial adalah karya indindividu-individu pencipta, atau yang terbanyak karya minoritas kreatif itu (Toynbee, 1961: 214). Namun kebanyakan umat manusia cenderung tetap terperosok ke dalam cara-cara hidup lama. Oleh karena itu tugas minoritas kreatif bukanlah sematamatamenciptakan bentuk-bentuk proses sosial baru, tetapi menciptakan caracara barisan belakang yang mandek itu bersama-sama dengan mereka untuk mencapai kemajuan (Toynbee, 161: 215).

4.      Teori Dialektika Kemajuan (Jan Romein)

Jan Marius Romein adalah teoretisi dan sejarawan Belanda (1893-1962) yang pertama kalinya melihat gejala lompatan dalam sejarah umat manusia sebagai suatu kecenderungan umum dalam kemajuan maupun keberlanjutan. Pikiran-pikiran Jan Romein ini ditungkan dalam ”Dialektika Kemajuan” atau De Dialektiek van de Vooruitgang: Bijdrage tot het ontwikkelingsbegrip in de geschiedenis(1935). Adapun pokok-pokok pikiran teori Jan Romen tersebut sebagai berikut:

a.   Gerak sejarah umat manusia itu kebalikan dari berkembangnya secara berangsur-angsur (evolusi), melainkan maju dengan lompatan-lompatan yang dadakan  sebanding dengan mutasi yang dikenal dalam  dunia alam hidup.

b.   Suatu langkah baru dalam evolusi manusia itu kecil kemungkinannya terjadi dalam masyarakat yang telah mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi dalam arah tertentu. Sebaliknya kemajuan yang pernah dicapai di masa lalu, mungkin akan berlaku sebagai suatu penghambat terhadap  kemajuan lebih lanjut (Wertheim, 1976: 58). Sebab, suatu suasana yang puas diri  dan adanya kepentingan yang bercokol pada kelompok itu cenderung menentang langkahlangkah lebih jauh yang mungkin menyangkut suatu perombakan menyeluruh terhadap lembaga-lembaga atau perlengkapan yang sudah ada.

c.   Dengan demikian keterbelakangan dalam hal-hal tetentu dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan (situasi yang menguntungkan) untuk mengejar ketinggalannya. Sebaliknya kemajuan yang relatif pesat di masa lalu, dapat berlaku sebagai  sebagai penghambat kemajuan. Inilah yang dinamakanDialektika Kemajuan (Dialectics of Progress)

5. Teori Despotisme Timur (Wittfogel)

Karl Wittfogel penulis buku Oriental Despotism (1957) mengemukakan teori-teorinya sebagai berikut:

a.    Cara produksi Asiatis, yang menurut pendapatnya khas pada masyarakatmasyarakat yang berdasar irigasi besar-besaran, telah menimbulkan suatu garis lain dalam perspektif evolusi.

b.    Masyarakat-masyarakat hidrolis, tidak mesti dicirikan oleh irigasi, tetapi dalam hal-hal tertentu oleh bangunan-bangunan drainase besar-besaran, adalah tipikal Despotisme Timur, yang menjalankan dan perintah dengan kekuasaan total oleh suatu birokrasi yang bercabang luas dan terpusat, serta secara tajam mesti dibedakan dari masyarakat feudal, seperti dikenal dalam masyarakat di Eropa Barat dan Jepang. Bila masyarakat-masyarakat feudal memungkinkan suatu perkembangan menuju kapitalisme borjuis, maka birokrasi-birokrasi Asiatis itu mencakup Tsar Rusia, sama sekali tidak cocok bagi perkembangan apapun menuju suatu struktur yang lebih modern.

c. Struktur-struktur  politik baru yang dilahirkan di kerajaan-kerajaan despotis Timur di masa lalu, (Rusia dan Cina) sebenarnya tidak dapat dipandang sebagai suatu sub-tipe dari suatu masyarakat modern atau sebagai sesuatu yang baru, melainkan hanya merupakan salinan-salinan dari despotismedespotisme Timur tradisional, di mana kemungkinan-kemungkinan untuk menjalankan kekuasaan mutlak dan  terror, telah berkembang hingga tingkat yang luar biasa tingginya (Wittfogel, 1957: 438).

                Doktrin ini bermaksud menunjukkan bahwa Uni Soviet (sekarang Rusia) maupun Cina tidak dapat menawarkan apapun yang mungkin diinginkan oleh bangsa-bangsa lain , dan bahwa jalan satu-satunya kearah kemajuan adalah mengikuti garis “peradaban modern yang berdasarkan hak milik”. Dan, garis ini menurut Wittfogel, tampaknya tidak lagi menuju pada sosialisme, melainkan hanya “bergerak menuju suatu masyarakat polisentrisme dan demokratis”, di mana kompleks-kompleks birokrasi yang lebih besar saling mengendalikan satu sama lain (Wittfogel, 1957: 366-367). Meminjam istilah Karl Popper memalui masyarakat “terbuka”.  

Struktur-struktur  politik baru yang dilahirkan di kerajaan-kerajaan despotis Timur di masa lalu, (Rusia dan Cina) sebenarnya tidak dapat dipandang sebagai suatu sub-tipe dari suatu masyarakat modern atau sebagai sesuatu yang baru, melainkan hanya merupakan salinan-salinan dari despotismedespotisme Timur tradisional, di mana kemungkinan-kemungkinan untuk menjalankan kekuasaan mutlak dan  terror, telah berkembang hingga tingkat yang luar biasa tingginya (Wittfogel, 1957: 438).

Doktrin ini bermaksud menunjukkan bahwa Uni Soviet (sekarang Rusia) maupun Cina tidak dapat menawarkan apapun yang mungkin diinginkan oleh bangsa-bangsa lain , dan bahwa jalan satu-satunya kearah kemajuan adalah mengikuti garis “peradaban modern yang berdasarkan hak milik”. Dan, garis ini menurut Wittfogel, tampaknya tidak lagi menuju pada sosialisme, melainkan hanya “bergerak menuju suatu masyarakat polisentrisme dan demokratis”, di mana kompleks-kompleks birokrasi yang lebih besar saling mengendalikan satu sama lain (Wittfogel, 1957: 366-367). Meminjam istilah Karl Popper memalui masyarakat “terbuka”.  

6.      Teori Perkembangan Sejarah dan Masyarakat (Karl Marx)

Karl Heinrich Marx (1818-1883) dilahirkan di Trier distrik Moselle, Prusian Rhineland pada 5 Mei 1818. Ia berasal berasal dari silsilah panjang rabbi, baik garis ayah maupun ibunya. Ayahnya seorang pengacara terhormat dan menikah dengan Jenny anak tokoh sosialis awal Baron von Wesphalen , pertamanya masuk ke University Bonn, tahun berikutnya ia pindah ke University of Berlin. Di universitas ia menjadi pengikut filsafat Hegelianisme. Marx bercitacita menjadi pengajar di universitas, dan ia mendapatkan gelar doktornya mengenai filsafat pasca Aristotelian Yunani (McLellan, 2000: 618).

Teori-teorinya tentang gerak sejarah dan maysarakat, tertuang dalam Die Deutch Ideologie (Idelogi Jerman) tahun 1845-1846, yang secara ringkas dikemukakan oleh Shaw, (2000: 622-623). Sebagai berikut: 

a. Struktur ekonomi masyarakat yang ditopang oleh relasi-relasinya dengan produksi, merupakan fondasi riil masyarakat. Struktur tersebut sebagai dasar munculnya ”suprastruktur hukum dan politik, dan berkaitan bentuk tertentu dari kesadaran sosial”.Di sisi lain, relasi-relasi produksi masyarakat itu sendiri berkaitan dengan  tahap perkembangan tenaga-tenaga produktif material (masyarakat). Dalam kerangka ini model produksi dari kehidupan material akan mempersiapkan proses kehidupan sosial, politik, dan intelektual pada umumnya.

b.  Konflik-konflik itu  terselesaikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan tenaga-tenaga produktif, lalu muncul relasi-relasi produksi yang baru dan lebih tinggi yang persyaratan materiilnya telah ”matang” dalam rahim masyarakat itu sendiri. Masyarakat dan pemerintahan kelas memang tidak terhindarkan sekaligus diperlukan untuk memaksa produktivitas para produsen agar melampaui tingkat subsitensinya. Namun kemajauan produktif yang dihasilkan kapitalisme tersebut menghancurkan kelayakan dan landasan historis pemerintahan kelas. Karena negara merupakan alat suatu kelas untuk mengamankan pemerintahannya, maka negara akan melemah dalam masyarakat pasca kelas.

c.    Relasi-relasi produksi yang lebih baru dan lebih tinggi ini mengakomodasi secara lebih baik keberlangsungan pertumbuhan kapasitas produksi masyarakat. Di sinilah model produksi borjuis mewakili era progresif yang paling baru dalam formasi ekonomi masyarakat, tetapi hal ini merupakan bentuk produksi antagonistik yang terakhir. Dengan matinya bentuk produksi tersebut, maka prasejarah kemanuaisaan berakhir.

e.    Di sinilah kapitalisme akan hancur oleh hasratnya sendiri untuk meletakkan masyarakat pada tingkat produktif yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Selain itu perkembangan tenaga-tenaga produktif  yang membayangkan munculnya kapitalisme sebagai respons terhadap tingkat tenaga produktif pada awal mula terbentuk.

f.    Dengan demikian perkembangan kapasitas produktif masyarakat menentukan corak utama evolusi yang dihasilkan, yang pada gilirannya menciptakan institusi-institusi hukum dan politik masyarakat atau suprastruktur

7.  Teori Feminisme (Wollstonecraft)

Mary Wollstonecraft dilahirkan di Inggeris tahun 1759, adalah seorang miskin yang berasal dari keluarga yang “berantakan” karena ayahnya pecandu berat peminum alkohol yang kronis. Sebagai seorang pemikir otodidak yang berani dan radikal, Wollstonecraft menulis beberapa buku. Buku yang pertama ia tulis adalahThoughts on the Educations of Daughters. Pada tahun 1785 ia beralih profesi sebagai penulis wanita. 

Isi pokok pemikiran Wollstonecraft, adalah:

a.    Salah satu ciri yang paling universal sekaligus mencolok adalah subordinasi wanita atas pria. Sekalipun hari ini banyak kemajuan-kemajuan politik dan budaya yang diperolehnya tetap masyarakat menempatkan subordinat posisi pria.

b.   Dalam beberapa segi, hal ini disebabkan oleh kaum wanita itu sendiri yang berprasangka buruk terhadap kapabilitas bakat-bakat dan kapasitas-kapasitas mereka sendiri  sebuah pandangan yang diajukan oleh banyak penulis dan pemikir pembenci wanita.

c.    Padahal pria dan wanita sama-sama mampu berna;ar dan memperbaiki diri. Meski demikian kapasitas wanita bagi tindakan rasional, bagi keseluruhan sejati, telah dikurangi oleh beragamnya institusi sosial dan tuntutan-tuntutan budaya.

d. Masyarakat dan aum pria telah membatasi kesempatan-kesempatan yang dimiliki wanita untuk menggunakan kemampuan alaminya bagi kebaikan masyarakat.

e.   “Keluhuran-keluhuran jinak” dan “kesenagan-kesenangan hampa” telah mendorong kaum wanita berfokus pada penyanjungan dan penyenangan pria, yang dapat menjauhkan wanita untuk berkontribusi pada kehidupan moral, budaya, dan politik.

f.   Wanita tidak boleh memiliki status “inferior” sekalipun penyebabnya oleh kaum wanita itu sendiri yang begitu pasrah menerima citra mereka yang tidak menguntungkan diri.

g.   Semakin baik pendidikan  mereka, semakin baik wanita menjadi warganegara, istri, dan ibu. Wanita terdidik adalah orang-orang yang lebih rasional dan lebih luhur.  

C. Manfaat dan Fungsi Teori Sejarah Terhadap Ilmu Pengetahuan

1. Manfaat teori sejarah

Terdapat beberapa manfaat dalam teori sejarah terhadap ilmu pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut :

   a. Membantu kita menemukan masalah-masalah yang hendak diteliti

b. Menyajikan kategori-kategori dalam pengorganisasian data

c. Menyediakan hipotesis-hipotesis dengan berbagai interpetrasi data yang dapat diuji

d. Dijadiakn dasar dalam pembuktian data

 

 

2.      Fungsi teori sejarah

a.       Teori Sebagai Orientasi

Pada fungsi ini teori bergunan untuk menetapkan fakta-falta sejarah yang sebelumnya belum relevan menjadi relevan. Apabila kita melakukan penelitian sejarah kita sangat perlu terhadap teori sebagai orientasi karena kita dapat menemukan mana fakta sejarah yang relevan dan yang tidak relevan.

b.      Teori sebagai konseptualisasi dan klarifikasi

Pada fungsi ini teori berguna sebagai hubungan antara konsep-konsep yang akan digunakan tugas utamanya yaitu mengembangkan system klarifikasi dan struktur konsep-konsep

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan  

 

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa teori dan konsep ilmu sejarah ialah konsep-konsep atau pemikiran-pemikiran tentang segala bentuk pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan terbukti kebenarannya berdasarkan pengalaman empiric dari masa lalu yang kemudian menjadi acuan untuk masa sekarang dan proses yang akan datang.

Teori-teori sejarah mengungkap bagaimana pola gerak sejarah yang terjadi dari masa lalu, dan secara umum memiliki pola siklus atau spiral. Dari teori-teori tersebut mengungkap bahwa bagaimana proses perubahan kehidupan manusia dalam objek kajian sejarah yang dimulai pada tingkat awal, pertengahan, keemas an dan akhir dari peradaban tersebut yang kemudian ini menurut para ahli menjadi pola dan konsep teori gerak sejarah.

Uraian tentang cerita sejarah pada umumnya hanya memberikan sekedar penjelasan. Penjelasan itu hanya sekedar memberikan pengertian tentang sejarah agar dapat dimengerti bahwa sejarah itu suatu ilmu yang penting dan mulia. Masalah manusia adalah masalah sejarah. Setelah memiliki sekaedar pengetahuan tentang ilmu sejarah, maka kesadaran manusia tentang sejarah dapat diperjuangkan untuk membangkitkan semangat juang bagi kepentingan bangsa dan negara.  

Sehingga teori dalam sejarah sangatlah penting bagi seoarang sejarawan. Terlebih dalam hal penelitian untuk mencari fakta serta dalam penyusunan fakta-fakta sejarah hal ini karena berkaitan dengan acuan atau patokan dalam sebuah penelitian. teori dalam sejarah juga memberikan manfaat dan fungsinya dalam ilmu pengetahuan. 

 

B.    Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga masih banyak hal yang perlu dikritisi oleh para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

-          https://falkonirizal.blogspot.com/2017/01/makalah-teori-teori-sejarah.html (diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 pukul 17.10 WIB)

-          http://historiasejarah2k15.blogspot.com/2015/10/teori-teori-sejarah.html (diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 pukul 17.30 WIB)

-          http://id.wikipedia.org/wiki/sejarah ( diakses pada hari sabtu tanggal 10-10-2020. Pukul 17.15.

-          http://id.wikipedia.org/wiki/teori (diakses pada hari sabtu tanggal 10.10.2020)

 

 

 

 

 

 

 

 

Aksi nyata modul 1.2

Berikut adalah link aksi nyata modul 1.2 program guru penggerak angkatan 9 Link aksi nyata modul 2.1