Sabtu, 12 Desember 2020

MAKALAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

MAKALAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

BELAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

 

 

 

 

 

                                                                  

Disusun Oleh :

 

1.      Halima Tusadiyah                   20197379051

2.      Arie Irfan Nuri                        20197379108

3.      Rangga Tama                          20197379102

4.      M. Ridwan                              20197379156

 

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS PASCASARJANA

PROGAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2020


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Belajar dan Media Pembelajaran.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan IPS. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Belajar dan Media Pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen Pengembangan Pendidikan IPS Dr. Maman Achdiyat, M.M yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

Jakarta, Nopember 2020

 

Penulis



 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah........................................................................... 2

C.     Tujuan Penulisan............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar…........................................................................ 4

B.     Tujuan Belajar……………….. …………………………………... 6

C.     Faktor Yang Mempengaruhi Belajar................................................ 7

D.    Modalitas Belajar…………………………………………………. 16

E.     Komunikasi Dalam Pembelajaran………………………………… 20

F.      Pengertian Media Pembelajaran…………………………………... 28

G.    Ruang Lingkup Media Pembelajaran……………………………... 29

H.    Fungsi Media Pembelajaran………………………………………. 30

I.        Kedudukan Media Dalam Pembelajaran………………………….. 32

BAB III PENUTUP

            A.  Kesimpulan....................................................................................... 40

            B.  Saran.................................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................  42


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Dalam kegiatan sehari – hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi semakin baik. Anak – anak kecil pun belajar bagaimana cara mereka berjalan dan berkomunikasi dengan baik. Sebagai calon pendidik kita juga dituntut untuk mengetahui tentang arti penting belajar. Karena belajar merupakan masalah yang pasti dihadapi setiap orang. Oleh karena itu di sini kita akan mengupas lebih dalam tentang arti dari kata belajar itu sendiri. Yang diharapkan nantinya akan berguna bagi kita para calon pendidik untuk lebih memahami kegiatan beajar mengajar ini dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari bagi peserta didik kita.

Media pembelajaran adalah suatu bagian yang integral dari proses pembelajaran di kelas . Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, pembelajar harus mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan media pembelajaran baik sebagai alat bantu pengajaran maupun sebagai pendukung agar materi  / isi pelajaran semakin jelas dan dengan mudah dapat dikuasai pembelajar. Dalam proses pembelajaran terdapat tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu : 1) pembelajar (dosen, guru, instruktur dan tutor) yang berfungsi sebagai komunikator, 2) pebelajar (mahasiswa dan siswa ) yang berperan sebagai komunikan , dan 3) bahan ajar yang merupakan pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar untuk dipelajari.

Penggunaan media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk dapat membantu mengatasi berbagai hambatan dalam proses pembelajaran termasuk hambatan psikologis, hambatan fisik, hambatan kultural dan hambatan lingkungan. Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan :1) Memperjelas penyajian pesan, 2) Mengatasi keterbatasan ruang, 3) Mengatasi sikap pasif siswa. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya, yaitu bahwa pebelajar harus sebanyak-banyaknya harus berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Dengan demikian penggunaan media sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting. Selain melengkapi, memelihara dan memperkaya proses pembelajaran media berkedudukan untuk meningkatkan kegiatan akademik pebelajar.

Dengan dimanfaatkannya media secara maksimal, pemahaman tidak akan terbatas pada apa yang diperolehnya melalui kegiatan tatap muka tetapi akan mampu menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan terutama yang sesuai dengan bidang keahliannya. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap pendidik / fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa definisi belajar ?

2.      Apa tujuan dari belajar ?

3.      Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi proses belajar ?

4.      Apa definisi modalitas belajar ?

5.      Apa pengertian media pembelajaran ?

6.      Apa saja ruang lingkup dan fungsi media pembelajaran ?

7.      Bagaimana kedudukan media dalam pembelajaran?

8.      Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pembelajaran?

 

C.    Tujuan Makalah

1.      Mengerti berbagai definisi tentang belajar .

2.      Mengetahui tujuan belajar

3.      Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses belajar.

4.      Mengetahui modalitas belajar

5.      Mengetahui pengertian media pembelajaran.

6.      Mengetahui ruang lingkup dan fungsi media pembelajaran.

7.      Mengetahui kedudukan media dalam pembelajaran

8.      Mengetahui pentingnya komunikasi dalam pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Definisi Belajar

Pengertian belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.

Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Belajar merupakan sesuatu yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam masing-masing tingkatan pendidikan. Agar lebih memahami apa arti belajar, kita dapat merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:

1.      Pengertian belajar menurut Thursan Hakim

Thursan Hakim mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dimana perubahan tersebut ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya.

2.      Pengertian belajar menurut M. Sobry Sutikno

Menurut M. Sobry Sutikno, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

 

 

3.      Pengertian belajar menurut Skinner

Skinner mendefinisikan belajar sebagai “learning is a process of progressive behavior adaption“. Artinya, belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif (mengarah kepada kemajuan / hal-hal positif).

4.      Pengertian belajar menurut Ernest R. Hilgard

Di dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252), Ernest R. Hilgard mengemukakan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh yang lainnya. Sifat perubahannya bersifat relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak dapat diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya

5.      Pengertian belajar menurut C. T. Morgan

Adapun menurut C.T. Morgan, belajar didefinisikan sebagai “learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which accurs as a result of practice or experience”. Artinya, belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen yang terjadi sebagai akibat dari praktek/latihan atau pengalaman

6.      Pengertian belajar menurut Hilgard & Bower

Didalam buku Theories of Learning (1975), Hilgard & Bower mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, pematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Berbagai definisi (rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat didefinisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.

 

B.     Tujuan Belajar

Tujuan Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai seseorang. Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2011: 26-28) bahwa tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :

1.      Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara kemampuan berpikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

2.      Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan penampilan atau gerak dari seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep.

3.      Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai, anak didik akan dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

Taxonomy Bloom dan Simpson (Nana Syaodih, 2007: 180 – 182) menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh seseorang yang belajar, sehingga terjadi perubahan dalam dirinya. Perubahan terjadi pada tiga ranah, yaitu:

a.       Ranah Kognitif, tentang hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Terdiri dari: 1) pengetahuan; 2) pemahaman; 3) penerapan; 4) analisa; 5) sintesa dan 6) evaluasi.

b.      Ranah Afektif, tentang hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan sikap, minat, dan nilai. Terdiri dari : 1) penerimaan; 2) partisipasi; 3) penilaian; 4) organisasi; dan 5) pembentukan pola hidup.

c.       Ranah Psikomotorik, tentang kemampuan fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Terdiri dari: 1) persepsi; 2) kesiapan; 3) gerakan terbimbing; 4) gerakan yang terbiasa; 5) gerakan yang komplek; dan 6) kreativitas.

 

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

 

C.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar

Berikut ini kami jelaskan faktor yang mempengaruhi belajar yaitu

1.      Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis.

a.       Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

1)      Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

2)      Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

b.      Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat, konsentersi, percaya diri, kebiasaan dan cita-cita.

1)      Kecerdasan / intelegensi siswa

Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.

Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatny dia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:

§  Kelompok kecerdasan amat superior yaitu antara IQ 140–169

§  Kelompok kecerdasan superior yaitu antara IQ 120–139

§  Kelompok rata-rata tinggi (high average) yaitu antara IQ 110-119

§  Kelompok rata-rata (average) yaitu antara IQ 90–109

§  Kelompok rata-rata rendah (low average) yaitu antara IQ 80–89

§  Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70–79

§  Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20–69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.

2)      Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dala diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan).Sedangkan motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.

Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:

·         Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas

·         Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju

·         Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.

·         Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3)      Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni: (1) Menerima kesan, (2) Menyimpan kesan, dan (3) Memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa.

Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A (ayam), B (bebek) dan sebagainya.

4)      Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.

Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain:

a)      Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.

b)      Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

 

 

5)      Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

6)      Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

7)      Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.

8)      Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.

9)      Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:

a)      Belajar pada akhir semester

b)      Belajar tidak teratur

c)      Menyia-nyiakan kesempatan belajar

d)      Bersekolah hanya untuk bergengsi

e)      Datang terlambat bergaya seperti pemimpin

f)       Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,

g)      Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

10)  Cita-cita Siswa

Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan.

Cita-cita sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit.

Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

2.      Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.

a.       Lingkungan Sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

1)      Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

2)      Lingkungan sosial masyarakat.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

3)      Lingkungan sosial keluarga.

Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b.      Lingkungan non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

1)      Lingkungan alamiah

Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.[15]

2)      Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.

3)      Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).

Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

 

D.    Modalitas Belajar

Modalitas belajar adalah cara seseorang dalam menyerap informasi melalui indra yang dimilikinya. Cara tercepat bagi otak untuk menyerap informasi, berinteraksi, dan berkomunikasi. Modalitas belajar ini digunakan untuk memanfaatkan gaya belajar siswa, karena pemanfaatan gaya belajar siswa yang tepat berpengaruh kuat terhadap keberhasilan proses belajar siswa. Pada umumnya setiap orang memiliki akses ketiga modalitas (visual- auditorial-kinestetik) tetapi hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi.

Modalitas belajar terdiri dari tiga macam, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Tiap-tiap modalitas belajar memiliki ciri-ciri khusus sehingga dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan strategi dalam mengajar. Kemampuan daya derap setiap orang terhadap ilmu dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh modalitas belajar setiap peserta didik. Dengan mengetahui modalitas belajar maka juga harus mengenali karakteristik peserta didik tersebut. Modalitas belajar setiap peserta didik tersebut adalah visual, auditori, dan kinestetik. Langkah awal dalam melakukan pembelajaran adalah dengan cara mengenal modalitas belajar setiap peserta didik. Ada tiga modalitas belajar seseorang, yaitu “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K).

Seseorang agar bisa mengetahui kecenderungan pada modalitas atau modalitas belajar yang mana, ada satu cara sederhana, adalah dengan cara mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan anda, seperti pada ungkapan dibawah:

·         ”Tampaknya ini sesuai dengan saya”

·         “ Kedengerannya itu cocok untukku”

·         “ Hal itu mengingatkan pada suatu”

Berikut ini cara memahami tiga modalitas belajar peserta didik :

1.      Modalitas Belajar Visual

Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/ penglihatan (visual), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak/ dititikberatkan pada peragaan/ media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya dengan langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duaduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri modalitas belajar visual

a.       Bicara agak cepat

b.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian / presentasi

c.       Tidak mudah terganggu oleh keributan

d.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar

e.       Lebih suka membaca dari pada dibacakan

f.        Pembaca cepat dan tekun

g.      Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata

h.      Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato

i.        Lebih suka musik dari pada seni

j.        Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

2.      Modalitas Belajar Auditorial

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperlihatkan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperti biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri modalitas belajar auditorial

a.       Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri

b.      Penampilan rapi

c.       Mudah terganggu oleh keributan

d.      Belajar   dengan   mendengarkan   dan    mengingat   apa           yang didiskusikan dari pada yang dilihat

e.       Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

f.        Menggerakkan bibir mereka dan mengungkapkan tulisan di buku ketika membaca

g.      Biasanya ia pembicara yang fasih

h.      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

i.        Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

j.        Mempunyai           masalah           dengan pekerjaan-pekerjaan    yang melibatkan visual

k.      Berbicara dalam irama yang terpola

l.        Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.

 

3.      Modalitas Belajar Kinestetik

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri modalitas belajar kinestetik

a.       Berbicara perlahan

b.      Penampilan rapi

c.       Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan

d.      Belajar melalui memanipulasi dan praktek

e.       Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

f.        Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca

g.      Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

h.      Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

i.        Menyukai permainan yang menyibukkan.

j.        Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu.

k.      Menyentuh            orang   untuk   mendapatkan   perhatian         mereka menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

 

Seringkali orang merasa minder akan kecerdasan yang mereka miliki. Setiap orang itu cerdas, hanya cara belajar mereka yang berbeda-beda. Dan terkadang   orang   sering   salah   cara memilih   belajar   mereka.    Misalnya   saja seseorang yang cerdas dalam bidang visual maka hendaknya ia memilih cara belajar dengan melihat gambar-gambar karena itu akan membantunya dalam hal belajar. Karena jika ia kemampuannya dengan cara visual kemudian menggunakan cara auditory maka ia akan kesulitan untuk memahaminya.

Seperti halnya ketika kita membaca sebuah buku dari awal hingga akhir namun kita tak memahami bacaan tersebut sama sekali. Maka yang ada semua sia- sia buang waktu dan takada gunanya. Oleh karena itu pahamilah sejak sekarang tentang diri anda. Jika anda sudah menemukannya maka anda akan menjadi orang yang cerdas tanpa harus malu jika bertemu dengan orang- orang yang menurut orang-orang sekitar kita hebat, cerdas dan lain sebagainya.

 

E.     Proses Komunikasi dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari guru kepada siswa untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya komunikatif.  Pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen instruksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu guru, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.

Belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya didalamnya terjadi proses penyampaian pesan dari seorang guru kepada siswa. Pesan yang dikirimkan biasanya berupa informasi atau keterangan dari guru sebagai sumber pesan. Pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar dan sebagainya. Melalui saluran (channel) seperti OHP, film, dan lain sebagainya. pesan diterima oleh siswa melalui indera (mata dan telinga) untuk diolah, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan, dimana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.

1.      Gaya Komunikasi Guru dalam Mengajar

Komunikasi dalam proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan dua jenis. Pertama, komunikasi antar personal (interpersonal communicaaation) yang merupakan komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Kedua, komunikasi kelompok (group communication) yang dilakukan antara komunikator dengan beberapa kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar (Efendi,1986). Dalam dua jenis komunikasi tersebut, bila dilakukan dalam proses pembelajaran (proses interaksi edukatif) maka akan terjadi tiga pola komunikasi antara guru dan siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi (Djamarah,2005).

Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komuniksi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi, demikian pula halnya dengan siswa, bisa sebagai penerima aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Hal ini menyebabkan terjadi dialog antara guru dan siswa. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan siswa. Siswa dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain (Djamarah,2005).

Mengingat pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

2.      Desain Komunikasi dalam Pembelajaran

Pembelajaran sebagai proses komunikasi dilakukan secara sengaja dan terencana, karena memiliki tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar pesan pembelajaran yang ingin ditransformasikan dapat sampai dengan baik, maka Malcolm sebagaimana disampaikan oleh Abdul Gaffur dalam handout kuliah Teknologi Pendidikan PPs UNY menyarankan agar guru perlu mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Gafur, Handout, 2006) :

a)      Kesiapan dan motivasi.

Kesiapan disini mencakup kesiapan mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima belajar dapat dilakukan dengan tes diagnostik atau tes prerequisite. Motivasi terdiri dari motivasi internal dan eksternal, yang dapat ditumbuhkan dengan pemberian penghargaan, hukuman, serta deskripsi mengenai keuntungan dan kerugian dari pembelajaran yang akan dilakukan.

b)      Alat penarik perhatian

Pada dasarnya perhatian atau konsentrasi manusia adalah sering berubah-ubah dan berpindah-pindah (tidak fokus). Sehingga dalam mendesain pesan belajar, guru harus pandai-pandai membuat daya tarik, untuk mengendalikan perhatian siswa pada saat belajar. Pengendali perhatian yang dimaksud dapat berupa: warna, efek musik, pergerakan atau perubahan, humor, kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta sesuatu yang aneh.

c)      Partisipasi aktif siswa

Guru harus berusaha membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa harus dimunculkan rangsangan-rangsangan, dapat berupa: tanya jawab, praktik dan latihan, drill, membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta pemberian proyek (tugas).

d)      Pengulangan

Agar siswa dapat menerima dan memahami materi dengan baik, maka penyampaian materi sebaiknya dilakukan berulang kali. Pengulangan dapat berupa: pengulangan dengan metode dan media yang sama, pengulangan dengan metode dan media yang berbeda, preview, overview, atau penggunaan isyarat

e)      Umpan balik

Dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada komunikasi, adanya feedback merupakan hal yang penting. Umpan balik yang tepat dari guru dapat menjadi pemicu semangat bagi siswa. Umpan balik yang diberikan dapat berupa: informasi kemajuan belajar siswa, penguatan terhadap jawaban benar, meluruskan jawaban yang keliru, memberi komentar terhadap pekerjaan siswa, dan dapat pula memberi umpan balik yang menyeluruh terhadap performansi siswa.

 

f)       Menghindari materi yang tidak relevan

Agar materi pelajaran yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan kebingungan atau bias dalam pemahaman, maka harus dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik yang dibicarakan. Untuk itu dalam mendesain pesan perlu memperhatikan bahwa: yang disajikan hanyalah informasi yang penting, memberikan outline materi, memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari, membuang informasi distraktor, dan memberikan topik diskusi.

Desain pesan pembelajaran merupakan tahapan penting untuk dilakukan oleh guru, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dengan mendesain materi terlebih dahulu, akan memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Komunikasi merupakan suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa saling berkomunikasi. Jika komunikasi kedua pihak efektif, maka pembelajaran efektif. Namun jika komunikasi kedua pihak tidak efektif maka pembelajaran pun tidak efektif. Efektivitas pembelajaran dapat diukur dari tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa. Atas dasar pemikiran ini maka komunikasi memiliki pengaruh yang besar dalam pembelajaran. Berhasil atau tidaknya sebuah proses pembelajaran bisa bergantung pada efektif-tidaknya komunikasi antara guru dan siswa.

Selain itu, dalam proses komunikasi pembelajaran dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi ini akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.

Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.

Sokolove dan Sadker seperti dikutip (JICA, 2009) dalam bukunya membagi keterampilan antar pribadi dalam pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu :

a)      Kemampuan untuk Mengungkapkan perasaan siswa

Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses belajar mengajar, yang memungkinkan peserta didik mau mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa atau dipojokkan. Iklim semacam ini dapat ditumbuhkan oleh pengajar dengan dua cara, yaitu menunjukkan sikap memperhatikan dan mendengarkan dengan aktif. Untuk menumbuhkan iklim semacam ini, pendidik harus bersikap: 1) memberi dorongan positif; 2) bertanya yang tidak memojokkan; dan 3) fleksibel.

b)      Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan siswa

Apabila siswa telah bebas mengungkapkan problem yang dihadapinya, selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan mereka tersebut. Untuk kepentingan ini, dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan, yaitu merefleksikan dan mengajukan pertanyaan inventori. Pertanyaan inventori adalah pertanyaan yang menyebabkan orang melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri, serta menilai kefektifan dari perbuatan tersebut. Pertanyaan inventori dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu pertanyaan yang menuntut siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatannya, dan pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatannya.

c)      Mendorong siswa untuk memilih perilaku alternatif.

 

Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :

1)      Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

2)      Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

3)      Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4)      Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

5)      Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Santoso Sastropoetro berkomunIkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :

·         menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan

·         menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti

·         pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan

·         pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan

·         pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Untuk membentuk keadaan diatas maka seorang fasilitator  berkomunikasi dalam proses pembelajaran sebaiknya :

·         Dengarkan jangan menyela

·         Lakukan pengulangan dengan menggunakan komunikasi nonverbal

·         Ungkapkan perasaan dengan terbuka dan jujur

·         Jangan menilai dan lepaskan emosi negatif

·         Hindari komunikasi yang membuka front pertengkaran (menyindir, menyalahkan dll)

·         Jangan menggurui

·         Beradaptasi pada bahasa tubuh dan perasaan mereka

·         Tunjukan rasa persetujuan (apa yang dikangumi dari mereka)

·         Berikan kesan bahwa anda berada dalam satu tim yang sama

·         Berikan mereka senyuman terbaik anda

·         Menawarkan saran yang bermanfaat dan berikan motivasi

 

Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara kedua belah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.

Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena guru yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan guru. Keberhasilan guru dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini. Wiranto Arismunandar mengatakan bahwa, tantangan guru adalah bagaimana dapat menjelaskan materi dengan baik, memberikan yang esensial dengan cara yang menarik, percaya diri, dan membangkitkan motivasi para siswanya. Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan (Arismunandar, 2003). Guru yang menjelaskan, siswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian dari pendidikan yang penting serta berlaku dalam kehidupan yang sejahtera. Bertanya pun harus jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan benar, supaya diperoleh jawaban yang baik dan benar pula.

Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para guru , pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.

 

F.     Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari ‘Medium’, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.  Secara khusus, kata tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari satu sumber kepada penerima.

Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media. Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer. Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

 

 

 

 

G.    Ruang Lingkup Media Pembelajaran

Ruang lingkup media pembelajaran adalah meliputi segala alat, bahan, peraga, serta sarana dan prasarana di sekolah yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media tersebut bisa memberikan rangsangan pada siswa untuk belajar, menjadikan pembelajaran makin efektif dan efisien, bisa menyalurkan pesan secara sempurna, serta dapat mengatasi kebutuhan dan problem siswa dalam belajar. Lebih penting lagi adalah media ini sengaja dipilih dalam proses pembelajaran. Sehingga media yang tidak berorientasi pada pecapaian tujuan pembelajaran bukan termasuk dalam ruang lingkup media pembelajaran.

Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994):

                    i.            media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;

                  ii.            fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

                iii.            hubungan antara metode mengajar dengan media yang digunakan;

                iv.            nilai atau manfaat media dalam pengajaran;

                  v.            pemilihan dan penggunaan media pembelajaran;

                vi.            berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran; dan

              vii.            usaha inovasi dalam pengadaan media pembelajaran.

 

Berdasarkan deskripsi di atas, maka media adalah bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, lebih jauh perlu dibahas tentang arti, posisi, fungsi, klasifikasi, dan karakteristik beberapa jenis media, untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman sebelum menggunakan atau mungkin memproduksi media pembelajaran.

 

H.    Fungsi Media Pembelajaran

Ada dua fungsi utama media pembelajaran yang perlu kita ketahui. Fungsi pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai media sumber belajar. Kedua fungsi utama tersebut dapat ditelaah dalam ulasan di bawah ini.

1.      Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran

Tentunya kita tahu bahwa setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks.

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.

2.      Media pembelajaran sebagai sumber belajar

Sekarang Anda menelaah media sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan peserta didik.

Menurut Levie dan Lentz (1982), itu karena media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:

a)      Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.

b)      Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c)      Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.

d)      Fungsi kompensantoris, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Fungsi Media Pembelajaran Secara Umum

a)      Menarik Perhatian Siswa

Terkadang siswa kurang tertarik atau antusias terhadap suatu pelajaran dikarenakan materi pelajaran yang sulit dan susah dicerna. dengan media pembelajaran, suasana kelas akan lebih fresh dan siswa dapat lebih berkonsentrasi, terlebih ketika media pembelajaran yang digunakan bersifat unik dan menarik.

b)      Memperjelas Penyampaian Pesan

Dalam pelajaran, terkadang ada hal-hal berkonsep abstrak yang sulit bila dijelaskan secara lisan. Misalnya bagian-bagian tubuh manusia. Dengan media pembelajaran, seperti misalnya video, gambar ataupun kerangka manusia tiruan. Siswa akan lebih jelas memahami apa yang dijelaskan oleh guru di kelas.

c)       Mengatasi Keterbatasan Ruang, Waktu dan Biaya

Ketika menjelaskan tentang misalnya hewan-hewan karnivora. Tidak mungkin rasanya kita membawa Harimau, singa atau buaya kedalam kelas. Dengan media pembelajaran seperti gambar, siswa mengerti apa yang dimaksudkan guru walaupun belum melihat bentuk objek secara langsung.

 

 

d)       Menghindari Kesalahan Tafsir

Ketika guru berbicara secara verbal, sudut pandang murid kadang berbeda antara satu dengan lainnya dan maksud yang disampaikan guru berbeda dengan pemahaman para murid. Dengan media pembelajaran tafsir sebuah teori menjadi sama dan tidak ada kesalah pahaman informasi.

e)      Mengakomodasi Perbedaan Tipe Gaya Belajar Siswa

Manusia dibekali kemampuan berbeda-beda, termasuk dalam hal gaya belajar. Dalam sebuah teori, setidaknya ada 3 tipe gaya belajar, yakni Visual, auditori dan kinestetik. Dengan memperpadukan media pembelajaran dalam bentuk audio, audio video, gambar atau tulisan. Siswa yang lemah dalam menangkap pelajaran secara lisan bisa tertutupi dengan media pembelajan lain yang lebih dia pahami.

f)        Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran Secara Efektif

Dengan media pembelajaran, proses belajar mengajar dikelas diharapkan sukses sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh tenaga pendidik di kelas.

 

I.       Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran

Pada umumnya kedudukan Media Pembelajaran berfungsi sebagai alat perantara atau alat pengatur pesan dalam kegiatan pembelajaran yaitu memberikan stimulus kepada siswa agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru, dari konsep-konsep yang masih abstrak menjadi gambaran yang lebih konkrit. Sikap dan perilaku seseorang juga akan mengalami perubahan setelah mereka mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Penggunaan media dalam pembelajaran “ akan membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru lewat materi yang disampaikan oleh guru dibandingkan dengan jika guru hanya melakukan pendekatan verbal.

1.      Kedudukan Media Pembelajaran Berdasarkan Karakteristiknya

Kemajuan di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran serta peralatan-peralatan yang semakin canggih. Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup dalam dunia media, dimana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju dikuranginya sistem penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang lebih mengedepankan metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian bahan pembelajaran modern yang lebih mengedepankan peran siswa dan pemanfaatan multimedia.

Setiap jenis media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik.  Agar peran  media belajar tersebut menunjukkan pada suatu jenis media tertentu, maka pada media-media belajar itu perlu diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu sesuai dengan karakteristik  dan fungsinya terhadap pembelajaran. Pengelompokkan itu penting untuk memudahkan para pendidik dalam memahami sifat media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau topik pembelajaran tertentu.Menurut Scharmm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Jadi antara klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.

2.      Kedudukan Media Pembelajaran di Dunia Pendidikan

Belajar melalui stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Belajar melalui stimulus verbal membuahkan hasil yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan. Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan memberikan keuntungan bagi siswa.

Dengan menggabungkan beberapa media akan memberikan pengalaman yang mencerminkan suatu pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu pengalaman belajar akan diperoleh karena adanya penggabungan aneka media itu-hingga menjadi satu kesatuan kerja yang meghasilkan suatu informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi; artinya informasi bahkan tidak hanya dilihat sebagai hasil cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni grafis yang tinggi dalam penyajian.

Kita sekarang berada dalam suatu era informasi, yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi., tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu singkat. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara-negara yang telah maju media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Bahkan seorang arsitek Amerika terkemuka, Buckminster Fuller dalam Haney & Ulmer menyatakan bahwa media adalah orang tua ketiga (guru adalah orang tua kedua). Di indonesia kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak, dengan telah diudarakannya oleh pihak swasta “Televisi Pendidikan” mulai tahun 1991, yang disiarkan ke seluruh pelosok tanah air.

Dengan konsepsi yang makin mantap, kedudukan media dalam dunia pendidikan tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran guru yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran.

3.      Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran

Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem karena didalamnya mengandung komponen  yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

4.      Kedudukan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar

Dalam proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan diantaranya sebagai berikut:

a.       Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan pelajaran

Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam kedudukannya seperti halnya diatas jelas telah memberikan manfaat besar bagi anak didik. Disatu pihak akan memudahkan dalam memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan karena siswa secara langsung dapat berinteraksi dengan objek yang menjadi bahan kajian. Sedangkan dipihak lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan siswa memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi. Bahkan dengan kehadiran media diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari siswa.

b.      Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnya dan pengajar bisa menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa

Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada materi pelajaran  yang bersifat abstrak yang sukar dicerna  dan dipahami oleh setiap siswa terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat perlu dilakukan. Hal ini terkait  dengan materi pelajaran   yang di dalamnya terdapat sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat abstrak,   misalnya untuk-menjelaskan sistem peredaran darah  pada manusia, proses terjadinya hujan, proses terjadinya gerhana matahari, dan lain-lain. Di mana kadang-kadang untuk menjelaskan  dan menggambarkannya melalui kata-kata sangat sulit, siswa pun sulit untuk memahaminya. Dengan media pengajaran seperti itulah kemudian guru memberi waktu pada siswanya untuk memecahkan masalah yang ia lihat berdasarkan teori yang ada. Oleh karena itu, media berkedudukan sebagai sarana yang dipergunakan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, memperdekat dan memperlancar jalan kearah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c.       Sumber belajar bagi siswa

Artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok.

d.      Alat untuk mempertinggi proses interaksi guru siswa, dan interaksi siswa dengan lingkungan sehingga mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar

Tiap-tiap siswa mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatan. Demikian  juga kemampuan dalam berbicara. Ada siswa yang lebih suka atau senang  membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan begitu pun sebaliknya. Dengan kehadiran media pengajaran, kelemahan indera yang dimiliki  tiap siswa dapat diatasi. Misalnya, guru dapat memulai pelajaran dengan metode ceramah kemudian dilanjutkan dengan memperlihatkan/ memberikan contoh konkrit. Dengan cara seperti ini dapat memberikan stimulus terhadap indera siswa.  Dan dengan begitu akan terbangun pula interaksi guru dan siswa dengan lingkungannya.

 

5.      Kedudukan Media Pembelajaran dalam Teknologi Pembelajaran

Dalam teknologi pembelajaran, media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. Dalam teknologi pembelajaran pada dasarnya kedudukan Media Pembelajaran dalam teknologi pembelajaran seperti halnya apa yang dimaksud dalam Landasan Teknologis, dalam landasan tersebut dijelaskan bahwa pemecahan masalah dalam teknologi pendidikan-dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen sistem pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen dalam teknologi pembelajaran tersebut diantaranya adalah pesan, orang, bahan, media, peralatan, tehnik, dan latar. Media juga sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a.       Portofolio Elektronik

Portofolio elektronik atau sering disebut eportofolio merupakan suatu kumpulan hasil karya pembelajar (siswa, pengajar maupun karyawan) yang dikemas dalam berbagai bentuk/format elektronik (video, audio, situs web, dokumen, dan lainnya). Mengingat bahwa eportofolio sebagaimana layaknya portofolio dalam bentuk cetakan merupakan proses perekaman/pencatatan yang terus-menerus (berkelanjutan) dari siswa, ia merefleksikan banyak hal yang tidak dapat direkam dalam dokumen-dokumen resmi selama ini seperti transkrip atau surat. Keunggulan sebuah eportfolio adalah ia dapat menampilkan kemampuan/skill pemiliknya, pencapaian yang dimilikinya tidak saja yang berasal dari pembelajaran formal namun juga yang berasal dari situasi informal seperti pemikiran, aktifitas kurikuler, atau pengalaman bekerja. eportofolio juga merupakan sebuah refleksi pengalaman belajar itu sendiri, suatu cara yang lebih lengkap dalam menilai seorang mahasiswa.

b.      Teknologi untuk Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik cenderung menekankan pada penerapan konsep belajar. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. (Defantri, 2009)

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. (Akhmad Sudrajat, 2007).

Dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran Tematik berpusat pada siswa dan menekankan pengalaman belajar sehingga siswa dapat memaknai pengetahuan. Dalam pembelajaran tematik sebuah materi dikemas dengan tema yang  sesuai. Teknologi Pembelajaran Tematik dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, atau sekedar bercakap-cakap. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa: Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik sebaiknya disusun dengan aturan dan lingkungan yang terdekat dengan siswa.

c.       Pembelajaran Jarak Jauh

Berinteraksi secara langsung, tepisah jarak dan waktu tetapi masih dapat melakukan proses belajar dengan cara memanfaatkan cara pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh juga dapat membantu anak didik untuk mengakses pendidikan kapan saja tidak hanya saat di sekolah maupun saat bertemu dengan pengajar. Dalam sistem pendidikan jarak jauh, interaksi merupakan faktor penting sebagai sarana penunjang aktivitas pembelajaran. Interaksi memungkinkan anak didik  mengatasi masalah yang dihadapi dalam upaya memahami materi. Interaksi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai oleh anak. Selain itu, interaksi dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan(remedial) pada waktu mengikuti proses pembelajaranInteraksi dapat juga digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan materi yang perlu dipelajari secara mendalam oleh anak (elaborasi).

6.       Kedudukan Media untuk Mengundang Partisipasi Aktif  Siswa

Peran media pembelajaran sangat penting didalam proses pembelajaran dikelas untuk  memudahkan anak didalam menerima informasi lewat pesan yang disampaikan guru ketika menyampaikan materi. Seorang peserta didik akan dapat memperoleh pemahaman atau pengetahuan dengan cara mengelola rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran, maupun indera lainnya. Semakin tanggap seseorang tentang obyek orang atau kejadian-semakin baik pula proses pengetahuan atau pemahaman yang dialami.Pada konteks inilah, media memainkan perannya dengan membantu dan memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami dan mengelola apa yang diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar lebih jelas. Kedudukan media pada tahap ini dapat merangsang terjadinya diskusi diantara guru dengan siswa dan antara siswa dengan  siswa, membantu siswa menemukan gagasan untuk mengawali kegiatan mengarang, bercerita, dan kegiatan kerja kelompok, sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas, serta mengundang keterlibatan kognitif dan emosional siswa secara spontan.

7.      Kedudukan Media Pada Tahap Tindak Lanjut

Kedudukan media pada tahap ini untuk mempermudah program remediasi dan pengayaan, sebagai contoh membuat kliping, mengumpulkan gambar binatang dari kelompok sejenis, membuat laporan hasil pengamatan, mencari informasi atau berita tentang seorang tokoh yang disenangi anak-anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam individu contohnya faktor fisiologis dan faktor psikologis) dan faktor eksternal (faktor dari luar individu contoh lingkungan sosial dan non sosial).

Modalitas belajar adalah cara seseorang dalam menyerap informasi melalui indra yang dimilikinya. Ada tiga modalitas belajar seseorang, yaitu “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.

Dalam suatu proses belajar mengajar, ada unsur yang amat penting yaitu media pembelajaran. Media mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih menarik, tidak hanya monoton, siswa tidak hanya diajak untuk berhayal dan membayangkan saja tetapi siswa dapat melihat kenyataan walaupun hanya melalui gambar ataupun video.

B.      Saran

Sebaiknya bagi seorang pendidik dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan dan meningkatkan motivasi belajar pada peserta didik.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

-          Fathurrohman, Pupuh dan Sobry  Sutikno. 2009. Strategi  Belajar  Mengajar Bandung:  PT  Rafika Aditama.

-          Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

-          Slamet. 1996. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

-          Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997),

-          Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung : Citra Aditya, 1989), hal. 12.

-          Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1996. h : 123

-          Arismunandar, Komunikasi dalam Pendidikan, (Departemen Teknik Mesin ITB, Bandung: 2003), hal. 39

-          Lestari G dan Maliki, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), hal. 59

-          Efendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hal. 9

-          https://salamadian.com/pengertian-media-pembelajaran/

-          http://goresancappucino.blogspot.com/2014/11/kedudukan-media-pembelajaran.html

-          https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-belajar.html

-          https://www.universitaspsikologi.com/2018/06/modalitas-belajar-dan-strategi-belajar.html



 

  

Rabu, 04 November 2020

TUTORIAL PENGGUNAAN GOOGLE CLASSROM

 

Google Classroom (bahasa Indonesia: Google Kelas) adalah layanan web gratis, yang dikembangkan oleh Google untuk sekolah, yang bertujuan untuk menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa harus bertatap muka. Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file antara guru dan siswa.[1]

Google Classroom menggabungkan Google Drive untuk pembuatan dan pengiriman penugasan, Google Docs, Sheets, dan Slides untuk penulisan, Gmail untuk komunikasi, dan Google Calendar untuk penjadwalan. Siswa dapat diundang untuk bergabung dengan kelas melalui kode pribadi, atau secara otomatis diimpor dari domain sekolah. Setiap kelas membuat folder terpisah di Drive masing-masing pengguna, di mana siswa dapat mengirimkan pekerjaan untuk dinilai oleh guru. Aplikasi seluler, tersedia untuk perangkat iOS dan Android, memungkinkan pengguna mengambil foto dan melampirkan penugasan, berbagi file dari aplikasi lain, dan mengakses informasi secara offline. Guru dapat memantau kemajuan untuk setiap siswa, dan setelah dinilai, guru dapat kembali bekerja bersama dengan melalui komentar. (WIKIPEDIA)

Berikut kami bagikan link tutorial penggunaan google classroom untuk pengguna sebagai guru dan sebagai siswa.

Sabtu, 12 September 2020

Niat, Cara, dan Adab Mandi Wajib atau Mandi Junub

 Salah satu pokok dalam praktik bersuci yang wajib adalah mandi janabah atau dalam masyarakat secara praktis disebut mandi junub untuk menghilangkan hadats besar. Mandi janabah diperuntukkan bagi mereka yang dalam keadaan junub. Disebut junub ketika seseorang mengalami salah satu dari dua hal.


Pertama, keluarnya mani dari alat kelamin laki-laki atau perempuan, baik karena mimpi basah, mempermainkannya, ataupun gairah yang ditimbulkan penglihatan atau pikiran. Kedua, jimak atau berhubungan seksual, meskipun tidak mengeluarkan mani.

Persoalan mandi janabah penting karena ia berkaitan dengan ibadah-ibadah lain, baik yang fardhu maupun sunnah. Orang yang dalam keadaan junub dilarang, antara lain melaksanakan shalat, berdiam diri atau duduk di masjid, thawaf atau mengelilingi Ka'bah, melafalkan ayat Al-Qur'an, dan menyentuh mushaf.

Lantas bagaimana cara mandi janabah yang benar? Dalam mandi janabah seseorang wajib melaksanakan dua rukun. Pertama, niat. Yakni kesengajaan yang diungkapkan dalam hati. Bila ia mampu melafalkan juga secara lisan, hal ini lebih utama. Contoh lafal niat tersebut adalah:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ مِنَ اْلِجنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala."

Dalam madzhab Syafi'i, niat harus dilakukan bersamaan dengan saat air pertama kali disiramkan ke tubuh.

Kedua, mengguyur seluruh bagian luar badan, tak terkecuali rambut dan bulu-bulunya. Untuk bagian tubuh yang berambut atau berbulu, air harus bisa mengalir sampai ke kulit dalam dan pangkal rambut/bulu. Tubuh diasumsikan sudah tidak mengandung najis.

Selain hal-hal yang wajib itu, ada juga sejumlah kesunnahan dalam mandi janabah. Imam al-Ghazali dalam Bidâyatul Hidâyahsecara teknis menjelaskan adab mandi janabah dengan cukup rinci mulai dari awal masuk kamar mandi hingga keluar lagi.

Pertama, saat masuk ke kamar mandi ambilah air lalu basuhlah tangan terlebih dahulu hingga tiga kali.

Kedua, bersihkan segala kotoran atau najis yang masih menempel di badan.

Ketiga, berwudhu sebagaimana saat wudhu hendak shalat termasuk doa-doanya. Lalu pungkasi dengan menyiram kedua kaki.

Keempat
, mulailah mandi janabah dengan mengguyur kepala sampai tiga kali--bersamaan dengan itu berniatlah menghilangkan hadats dari janabah.

Berikutnya, guyur bagian badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian bagian badan sebelah kiri juga hingga tiga kali. Jangan lupa menggosok-gosok tubuh, depan maupun belakang, sebanyak tiga kali; juga menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya). Pastikan air mengalir ke lipatan-lipatan kulit dan pangkal rambut. Sebaiknya hindarkan tangan dari menyentuh kemaluan--kalaupun tersentuh, berwudhulah lagi.

Di antara seluruh praktik tersebut yang wajib hanyalah niat, membersihkan najis (bila ada), dan menyiramkan air ke seluruh badan. Selebihnya adalah sunnah muakkadah dengan keutamaan-keutamaan yang tak boleh diremehkan. Orang yang mengabaikan kesunnahan ini, kata Imam al-Ghazali, merugi karena sejatinya amalan-amalan sunnah tersebut menambal kekurangan pada amalan fardhu. Wallahu a'lam.(Mahbib)
Sumber:
https://www.google.com/amp/s/amp.islam.nu.or.id/post/read/79857/niat-cara-dan-adab-mandi-wajib-atau-mandi-junub

Aksi nyata modul 1.2

Berikut adalah link aksi nyata modul 1.2 program guru penggerak angkatan 9 Link aksi nyata modul 2.1